REPUBLIKA.CO.ID, — Pendapat Kritis Ibnu Katsir yang Bantah Sejumlah Sarjana JAKARTA – Budaya kritik dan komentar adalah hal wajar dalam tradisi keilmuan Islam.
Hal ini juga kerap dicontohkan salah satu ulama terkemuka, yaitu Ibnu Katsir. Ibnu Katsir menyampaikan kritik terhadap ulama lain. Tujuannya untuk mengingatkan tentang keikhlasan dalam mencapai kebenaran.
Dia pun hanya beriktikad baik, yaitu supaya apa yang disampaikan ulama lain terhindar dari kontroversi, jauh dari stagnasi intelektual dan fanatisme yang bersifat doktrin.
Dalam hal akidah, misalnya, setidaknya ada tiga tanggapan atau kritik yang disampaikan Ibnu Katsir. Pertama, kritiknya terhadapan pendapat bahwa manusialah yang memilih antara hidayah dan kesesatan.
Kedua, kritiknya terhadap Mutazilah, yaitu bahwa Allah SWT tidak melihat orang-orang beriman di akhirat. Ketiga, kritiknya terhadap para sufi yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan keyakinan adalah pengetahuan.
Kemudian, Ibnu Katsir juga menyampaikan kritik terhadap orang-orang yang menyebutkan bahwa yang dikurbankan oleh Nabi Ibrahim adalah Nabi Ishak, bukan Nabi Ismail. Menurut Ibnu Katsir, hadits yang meriwayatkan bahwa Nabi Ishak-lah yang dikurbankan, adalah hadits yang tidak sahih.
Ibnu Katsir juga mengkritik perkataan Ibnu Hibban yang menyebut bahwa antara Nabi Sulaiman AS dan Nabi Ibrahim AS berjarak 40 tahun.
"Ini (pendapat) Ibnu Hibban yang saya tolak, karena periode di antara mereka melebihi ribuan tahun, dan Allah SWT Mahamengetahui," kata Ibnu Katsir.
Selain itu, Ibnu Katsir juga mengkritik orang-orang yang mengklaim bahwa Yajuj dan Majuj diciptakan dari mani yang keluar dari Nabi Adam lalu tercampur dengan dengan tanah, sehingga terciptalah mereka.
Jadi, menurut pendapat ini, Yajuj dan Majuj diciptakan dari Nabi Adam, bukan Hawa "Perkataan ini sangat aneh, karena tidak ada bukti untuk itu," kata Ibnu Katsir dalam kritiknya.
Ibnu Katsir juga menyanggah pendapat yang menyebut bahwa masa pemerintahan Dinasti Umayyah adalah seribu bulan yang didasarkan pada sejarah dan arimatika. Namun, menurut Ibnu Katsir, masa pemerintahan Dinasti Umayyah adalah 92 tahun. "Dan itu lebih dari seribu bulan," kata Ibnu Katsir.
Sumber: alukah