REPUBLIKA.CO.ID, — Sejak dulu manusia sudah bertaya-tanya dengan heran dan penuh keraguan tentang keberadaan rasul sebagai utusan Allah SWT.
Kaum Nabi Nuh misalnya, pada surat Al Araf ayat 69 digambarkan bahwa kaum Nabi Nuh tidak mepercayai dan heran terhadap nabi Nuh yang diutus sebagai pembawa peringatan.
أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَىٰ رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ ۚ وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً ۖ فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Begitupun dengan orang-orang Arab jahiliyah, pada surat Qaf ayat 2 diterangkan bagaimana mereka heran dan meragukan nabi Muhammad sebagai Rasul. Bahkan mereka justru mengolok-olok Rasulullah.
بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَٰذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ
“(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: "Ini adalah suatu yang amat ajaib."
Pakar tafsir Alquran yang juga pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta, Prof Muhammad Quraish Shihab, menjelaskan seseorang yang percaya bahwa Allah SWT tidak mungkin membiarkan manusia tanpa bimbingan pasti lah mempercayai adanya Rasul. Dia menjelaskan, tidak mungkin Allah tidak membimbing atau memberi tahu bagaimana manusia menjalani hidup di muka bumi.
Maka Allah mengutus para rasul kepada manusia di setiap zamannya untuk memberi petunjuk dan bimbingan agar manusia mengenal dan mengimani Allah dan menjalankan ketentuan-ketentuanNya di bumi.
Untuk menjawab keheranan yang muncul dalam diri manusia tentang kerasulan, maka semua rasul membawa bukti kenenaran yang dinamakan dengan mukjizat. Prof Quraish menjelaskan mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang disodorkan para nabi dan rasul untuk ditantangkan kepada orang-orang yang tidak percaya padanya.
Prof Quraish menerangkan bukti-bukti kerasulan yang diberikan Allah untuk menjawab keraguan manusia menyesuaikan dengan perkembangan manusia pada saat itu.
Sebelum Nabi Muhammad diutus, mukjizat para rasul terdahulu menurut Prof Qhraish bersifat materil atau bisa diraba dan dilihat.
Semisal Nabi Ibrahim yang tak selamat dari dibakar api, Nabi Musa yang tongkatnya berubah menjadi ular, atau pun Nabi Isa yang menghidupkan manusia.
Akan tetapi Alquran sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad mengungkap semua hal-hal, bahkan tentang hal-hal inmateriil yang kerap menjadi pertanyaan manusia semisal tentang Hari Kiamat sebagaimana digambarkan pada surat al Mulk ayat 25-26.
Namun Prof Quraish Shihab mengatakan setiap nabi dan rasul mempunyai kesamaan yakni mencintai umatnya. "Jadi semua punya bukti, hanya bukti itu disesuaikan dengan perkembangan masyarakatnya. Dari semua persamaan itu, nabi itu sangat kasih kepada umatnya. Ini syarat sebenarnya, syarat seseorang untuk memimpin itu harus kasih pada umatnya. Kalau tidak kasih tifak wajar jadi pemimpin," kata Prof Quraish dalam kajian virtual yang disiarakan akun resminya beberapa waktu lalu.
Meski setiap nabi mencintai dan mengasihi umatnya, namun menurut Prof Quraish, kecintaan dan kasih sayang Rasulullah pada umatnya lebih besar dibanding para nabi dan rasul sebelumnya.
Rasulullah tidak berkenan umatnya mendapatkan azab sekalipun mereka menolak seruannya. Tapi Rasul justru mendoakan agar suatu saat Allah SWT memberikan hidayah.
"Satu-satunya sifat rahim yang diberikan kepada manusia hanya pada Nabi Muhammad. 114 kali kata rahim dalam Alquran, 113 menunjuk kepada Allah satu menunjuk kepada nabi Muhammad. Karena kasihnya itulah, maka nabi tidak pernah dendam," katanya.
Kasih sayang Rasulullah pada umatnya dapat terlihat ketika Nabi berada di Thaif. Kedatangan Nabi ke Tahif tak lepas dari kondisi Makkah yang semakin tidak aman bagi Nabi terlebih setelah Nabi ditinggal wafat Khadijah dan Abu Thalib.
Menurut Prof Quraish di antara alasan mengapa Nabi memilih pergi ke Thaif karena adalah terdapat suku Tsaqif yang memiliki hubungan tak harmonis atau bertentangan dengan suku Quraisy di Makkah.
Selain itu Nabi juga memiliki keterkaitan dengan orang Tahif karena semasa kecil disusui Halimatus Sadiyah di kota itu. Menurut Prof Quraish, Rasulullah harus menempuh perjalanan 140 kilometer dari Makkah ke Thaif berjalan kaki dengan segala halang rintang dalam perjalanan.
Sesampainya di Thaif, orang-orang di sana justru menolak keberadaan Nabi dan mengusirnya. Mereka bahkan melempari nabi yang kala itu didampingi Zaid bin Tsabit dengan batu.
Karena peristiwa itu, malaikat pun menawarkan kepada Rasulullah bantuan. Nalaikat penjaga gunung bersiap menimpakan gunung ke orang-orang Taif bila Rasulullah menghendakinya. Akan tetapi Rasulullah tidak menghendakinya dan justru mendoakan agar mereka dan anak keturunannya kelak mendapatkan hidayah Allah.
"Bahwa Allah ingin menyempurnakan agamanya, tapi Dia ingin diperjuangkan ini agama. Dia ingin manusia terlibat langsung dalam upaya mencapai kehendak Allah melalui upaya manusia. Jadi nabi Muhammad itu sangat sayang, sangat kasih," katanya.