Kamis 22 Jul 2021 15:05 WIB

Kisah Kemiskinan Imam Syafi'i dan Tulang Tempat Menulis

Imam Syafii tumbuh dalam kemiskinan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Kemiskinan Imam Syafi'i dan Tulang Tempat Menulis. Foto:  Imam Syafii (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Kisah Kemiskinan Imam Syafi'i dan Tulang Tempat Menulis. Foto: Imam Syafii (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imam Syafi'i, yang termasuk imam empat madzhab yang selama ini populer dalam dunia Islam, memiliki riwayat kehidupan yang tak luput dari kesulitan. Sejak kecil dia sudah merasakan pahitnya hidup tanpa seorang ayah.

Dia tumbuh dalam keluarga yang miskin. Kemiskinan ini pula yang menjadi sebab ujian yang menimpanya. Ibunya pun sebetulnya tidak memiliki upah supaya anaknya bisa belajar di majelis ilmu di Makkah saat itu.

Baca Juga

"Aku yatim dalam asuhan ibuku. Sementara ibuku tidak memiliki sesuatua (upah) untuk diberikan kepada guru. Namun guru memperkenankan diriku untuk mengikuti pelajarannya saat dia sudah beranjak dari majelisnya," kata Imam Syafi'i menceritakan kehidupannya, sebagaimana dikutip dari 'Akidah Islam Menurut Empat Madzhab' karya Prof Dr Abul Yazid Abu Zaid Al-'Ajami, yang diterjemahkan oleh H Faisal Saleh dan Umar Mujtahid, terbitan Pustaka Al-Kautsar.

Setelah Imam Syafi'i menamatkan Alquran, dia masuk masjid dan saat itulah ia bisa berada di majelis-majelis ulama. Ia menghafal hadits ataupun permasalahan yang dibahas. Rumah Imam Syafi'i di Makkah berada di perkampungan Khaif.

Dalam belajar, ia memanfaatkan tulang sebagai papan tulis. Di tulang itulah, Imam Syafi'i menulis hadits dan persoalan keagamaan. "Kami punya kantong kulit yang sudah usang, dan ketika tulang (yang dijadikan sebagai papan tulis) itu sudah penuh dengan tulisan, maka aku memasukkannya ke dalam kantong," jelasnya.

Imam Syafi'i lahir di Ghazzah Asqalan. Lalu pada usia 2 tahun dibawa ibunya ke Hijaz dan bertemu dengan kaumnya yang berasal dari Yaman, karena ibunda Imam Syafi'i berasal dari Azad. Kemudian Imam Syafi'i dan ibunya tinggal di antara mereka.

Kemudian, ketika menginjak usia 10 tahun, Imam Syafi'i dibawa kembali oleh ibunya ke Makkah karena cemas bila nasabnya yang mulia itu terlupakan dan terabaikan. Diketahui, Imam Syafi'i bernasab Quraisy karena ada perwalian.

Nasab Imam Syafi'i yaitu Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Asy-Syafi'i bin As-Sa'ib bin Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abd Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement