REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 15 Juli 2021 lalu menandai peringatan 922 tahun jatuhnya kota Yerusalem ke tangan Tentara Salib, dalam Perang Salib pertama, pada 15 Juli 1099 M. Ini menjadi kampanye militer yang diluncurkan Tentara Salib.
Sejumlah pemimpin berpartisipasi dalam kampanye tersebut, terutama Godfrey, Adipati Lorraine, Raymond, Adipati Narbonne, Bohemond, Pangeran Toronto, Robert Adipati Normandia, Robert II, Pangeran Flanders, dan Hugh, Pangeran Vermando.
Kampanye itu sendiri merupakan tindak-lanjut dari seruan yang dilancarkan Paus Urbanus II pada 1095 M di Clermont, Prancis selatan, untuk merebut Yerusalem dan seluruh Tanah Suci dari tangan umat Muslim dan kembali ke kendali Kristen.
Menurut Encyclopedia of "World History", Yerusalem, yang dikelilingi tembok besar, dengan campuran parit dan lereng curam, adalah tugas yang sangat sulit bagi Tentara Salib.
Tetapi, pada saat yang tepat, kapal-kapal tiba dari kota Genoa Italia, membawa kayu yang dibutuhkan untuk membangun menara pengepungan, ketapel, dan penumbuk untuk menghancurkan benteng.
Meskipun memiliki senjata ini, Tentara Salib menghadapi perlawanan yang kuat. Dan tampaknya garnisun Islam sangat enggan untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Tentara Salib untuk memecahkan pengepungan, dan memilih menunggu dukungan yang dijanjikan dari Mesir.
Kemudian, pada pertengahan Juli, Godfrey, Pangeran Buyun, memutuskan untuk menyerang bagian terlemah dari tembok itu. Tentara Salib mendirikan menara pengepungan di bawah naungan kegelapan dan mengisi sebagian parit, dan berhasil mendekati tembok.
Godfrey maju dari depan, para penyerang memanjat pertahanan dan menemukan diri mereka berada di dalam kota pada 15 Juli 1099. Akhirnya Tentara Salib dalam jumlah yang besar memasuki kota Yerusalem, dan pembantaian massal Muslim dan Yahudi sama-sama terjadi.
Namun, tidak diragukan lagi, kabar yang mencuat, yakni kematian yang mencapai 10 ribu hingga 75 ribu itu dilebih-lebihkan. Ibnu Arabi, sebulan kemudian, memperkirakan jumlahnya sekitar 3.000 korban dari 30 ribu penduduk kota.
Sebuah kekuatan besar tentara Mesir tiba untuk merebut kembali kota, tetapi dikalahkan di Ashkelon, dan Yerusalem kembali ke lipatan Kristen, dan Godfrey menjadi raja di atasnya.
Kembali di Italia, Paus Urbanus II meninggal pada Juli tanpa mengetahui keberhasilan rencananya. Bagi beberapa sejarawan, Pertempuran Ashkelon mewakili akhir dari Perang Salib Pertama.
Sumber: youm7