REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Ibunda Nabi Isa AS, Siti Maryam, merupakan wanita istimewa yang shalihah. Dia melahirkan Nabi Isa atas kehendak Allah tanpa pernah melakukan hubungan intin suami-istri. Dan Siti Maryam pun diberitahukan jenis kelamin janin yang ia kandung, kapan itu terjadi?
Kisah mengenai Siti Maryam yang mengandung Nabi Isa dibadikan di dalam Alquran, tepatnya pada Surah Ali Imran. Dalam Surah Ali Imran ayat 45, disebutkan: “Idz qaalal-malaaikatu ya Maryamu innallaha yubasyiruki bikalimatin minhu-smuhu al-Masih Isa ibnu Maryama wajihan fi ad-dunya wal-akhirati wa minal-muqarrabina,”.
Yang artinya: “(Ingatlah) tatkala berkata Malaikat: Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah memberitakan kepada engkau bahwa engkau akan mendapatkan satu kalimah daripada-Nya, namanya Isa Al-Masih anak Maryam, yang termulia di dunia dan di akhirat, dan seseorang dari mereka yang dihampirkan,”.
Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut terdapat satu kata ‘kalimah’. Arti kalimah ialah kata, ujungnya memakai huruf ‘ta’ marbuthah. Yaitu jika dibaca terus dengan rangkaian kata lain menjadi hidup seumpama Kalimatut-Tauhid. Dan jika berhenti di ujung kata, maka menjadi kalimah.
Hikmat juga dibaca hikmah. Dalam hukum Nahwu, kata Buya Hamka, kata-kata itu semuanya menjadi muanats, diperempuankan. Maka Kalimat Allah artinya adalah perkataan Allah, namun demikian ada juga pendapat yang mengatakan bahwa makna kata tersebut dapat juga diartikan sebagai kehendak Allah. Artinya, Siti Maryam akan mengandung sebuah janin tanpa pernah melakukan hubungan intim sebagaimana kehendak Allah Yang Mahakuasa.
Sedangkan mengenai jenis kelamin janin yang akan dikandung, Malaikat Jibril menyampaikan siapa nama anak yang dikandung tersebut. Di dalam ayat tersebut, terdapat kata ‘Ismuhu’ dhamir ‘hu’ dalam tatanan bahasa Arab menunjukkan kepemilikan laki-laki, sedangkan arti dari kata ‘ismuhu’ adalah namanya (-nya untuk laki-laki).
Maka tegaslah bahwa wahyu yang disampaikan ayat tersebut yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Siti Maryam bermakna bahwa Allah menjadikan sesuatu menurut kodrat iradat-Nya. Yang mana salah satunya, Siti Maryam akan mengandung sebuah janin laki-laki bernama Isa Al-Masih yang kelak akan menjadi Nabi.
Nabi Isa bukan anak Allah
Dalam ayat tersebut pula, Buya Hamka dalam tafsirnya menegaskan bahwa Nabi Isa AS bukanlah anak Allah SWT. Nabi Isa hanyalah manusia biasa yang diberi kemuliaan, dia lahir dari seorang rahim wanita mulia bernama Siti Maryam.
Menurut Buya Hamka, tak sedikit umat Kristiani yang menyebarkan propagandanya terhadap umat Islam lalu dengan mudah mengatakan bahwa Alquran telah mengakui bahwa Isa Al-Masih adalah anak Tuhan. Demikianlah kepercayaan Kristen yang dibentuk oleh Yahya dan Yohannes yang mengarang Kitab Injil Yohannes, yaitu keempat dari kitab-kitab Injil yang mereka percayai.
Maka dengan keterangan yang dimaksud dalam kata ‘kalimah’ yang ditujukan Alquran, jelas sekali perbedaannya dan tidak ada pembenaran sama sekali bahwa Allah SWT memiliki anak. Sebab kata ‘Kalimah’ adalah kehendak Allah dalam menjadikan sesuatu yang dikehendaki, termasuk menjadikan Nabi Isa putra dari Siti Maryam tanpa ada campur tangan laki-laki di dalamnya.
Buya Hamka menekankan bahwa penciptaan Nabi Isa memang istimewa dan berbeda dari manusia lainnya. Namun bukan berarti karena penciptaannya itu istimewa, dia lantas menjadi anak Allah SWT. Sebab Allah SWT merupakan Zat yang tidak dilahirkan dan tidak melahirkan.