REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Syekh Ibnu Hasan Bisry At-Turjani mengatakan, menurut para ulama musuh orang beriman itu ada tiga golongan. Pertama iblis dan bala tentaranya dari jenis jin dan manusia, kedua orang-orang Islam yang mendengki, ketiga hawa nafsu yang senantiasa mengajak keburukan.
Syekh Ibnu Hasan Bisry At-Turjani mengatakan, musuh dari jenis setan, memang sudah jelas sebagai musuh, meski tersembunyi tapi bisa dirasakan keberadaannya. Syetan ini seperti pendamping setia, pembisik yang setiap saat membersihkan kejahatan dalam setiap perbuatan.
"Itulah setan bernama was-was Khannas, panglima iblis yang memiliki kemampuan masuk ke dalam tubuh manusia sebagaimana mengalirnya darah," katanya.
Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya dalam wudhu ada setan yang bernama Al-Walhan pembuat was-was maka berlindunglah kepada Allah."
Dari Anas ra bahwa Nabi SAW bersabda "Sesungguhnya setan menyusupkan belalainya ke dalam hati anak cucu Adam, tatkala dia dzikir kepada Allah, setan akan mundur, dan ketika lupa kepada Allah syetan akan menggigit dengan sungu (mulut) ke hatinya."
Syekh Ibnu Hasan mengakui memang sulit untuk menghilangkan bisikan itu, apabila di dalam hati kosong dari mengingat Allah. Untuk menghindari lintasan-lintasan was-was Khannas menjadi hilang sama sekali memang tidak mudah, namun yang perlu diperhatikan ialah senantiasa Ingat kepada Allah dan memohon perlindungan kepadanya.
"Setiap amal diniatkan beribadah setiap perbuatan awalnya hendaknya ada koreksi, tengahnya sungguh-sungguh ikhlas karena Allah dan akhirnya beristighfar," katanya.
Maka bagi orang yang bertaqwa perkara was-was ini mereka dapat merasakannya, sedangkan syaitan sendiri mengalami kesulitan menghadapi mereka sepanjang dzikirnya kepada itu Allah terjaga. Sementara dzikir mereka yang dawam (istiqomah) dapat membentengi hati dengan bantuan bala tentara Allah berupa malaikat Rahmat.
Tentang hal ini Allah SWT dalam Surat Al A'raf ayat 201 yang artinya.
"Sesungguhnya orang-orang bertaqwa Apabila mereka terkena gangguan setan, mereka ingat kepada Allah maka seketika itu mereka melihat kesalahan-kesalahannya."
Sedangkan musuh orang beriman dari orang itu sendiri jangan dianggap musuh yang sebenarnya. Sebab permusuhan mereka kepada orang muslim lainnya hanya menyangkut perkara perkara soal kenikmatan dunia, sehingga mereka menjadi dengki. Misalnya seorang muslim ahli ibadah ia tidak begitu suka jika dalam ubudiyahnya ada yang lebih baik darinya, berarti ia tersaingi.
"Itu dikarenakan dengki," katanya.
Arau seorang imam masjid yang menganggap, memimpin salat itu adalah jabatan kemulian, untuk diketahui oleh para makmumnya, sehingga ia selalu ingin dikhidmat, ia akan bangga meski ia datang terlambat, tapi para jamaah tetap menunggunya. Andaikan ada orang lain yang lebih baik dan lantas, dalam hal qiroat, ketertiban, tuma'ninah menggantikan keduanya maka ia menjadi dengki.
Seseorang yang terus memperturutkan hawa nafsu, berarti ia sudah dipastikan akan mengalami kemudharatan, dan kekecewaan yang yang berkepanjangan. Di dalam hidupnya akan dipenuhi oleh berbagai kemasgulan, penyesalan-penyesalan akibat buah perbuatannya sendiri.
"Dan itu akan sangat mempengaruhi langkah-langkah perjalanan hidup berikutnya yang akan dijalani," katanya.