Rabu 14 Jul 2021 05:15 WIB

Kesetiaan Khadijah kepada Nabi SAW yang Tiada Banding

Rasulullah SAW meminang Khadijah setelah mengetahui keluhuran budi pekertinya.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Kesetiaan Khadijah kepada Nabi SAW yang Tiada Banding. Ilustrasi Muslimah
Foto: Mgrol120
Kesetiaan Khadijah kepada Nabi SAW yang Tiada Banding. Ilustrasi Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khadijah adalah perempuan pertama yang dinikahi Rasulullah SAW. Saat dinikahi Rasulullah, ia berusia 40 tahun dan Rasul berusia 25 tahun. Rasulullah SAW meminang Khadijah setelah mengetahui keluhuran budi pekertinya.

Orang yang meminang Khadijah untuk Nabi SAW adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Dalam Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah karya Syaikh Muhammad Said Mursi disebutkan Khadijah bernama lengkap Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza.

Baca Juga

Dia biasa dipanggil Ummu Hindun. Dia lahir di Makkah pada tahun 68 sebelum Hijrah. Di masa jahiliyah, ia dipanggil dengan sebutan Ath-Thahirah (wanita suci) karena selalu menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Ia juga disebut sebagai pemimpin wanita Quraisy.

Meski berasal dari Bani Quraisy, Khadijah menunjukkan kesetiaan yang begitu mendalam kepada Rasulullah SAW yang berasal dari Bani Hasyim dari garis ayahnya, Abdullah. Suatu saat, Rasulullah pernah memasuki ke sebuah tempat di Makkah setelah orang-orang Quraisy melakukan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan menyiksa kaum Muslimin.

Ketika itu, Khadijah turut serta bersama Nabi SAW, padahal ia berasal dari Bani Quraisy dan merupakan wanita terpandang kaya raya dan punya harta berlimpah. Kesetiaan Khadijah yang lain adalah ketika Rasul menyendiri di gua Hira. Saat itu, Khadijah menyiapkan segala bekal yang diperlukan Nabi SAW untuk melakukan puasa Ramadhan di gua Hira.

Saat Rasulullah merasa ketakutan ketika wahyu turun, Khadijah pula yang menguatkan dan meyakinkannya. Khadijah berkata: "Allah SWT sama sekali tidak akan mengkhianatimu selama-lamanya. Engkau telah menyambung tali silaturahim, memikul beban orang lain, mengusahakan sesuatu yang belum ada, menghormati tamu, dan senantiasa membela kebenaran." (HR Bukhari)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement