REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Umat Islam dianjurkan untuk selalu mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah SWT.
Menurut Syekh Abdul Qadir Al Jailani cara yang paling baik untuk mencapai martabat kedekatan dan (taqarub) dengan Allah ialah dengan tafakur atau meditasi secara ahli sufi.
"Amalan ini jarang-jarang diamalkan orang-orang biasa karena mereka umumnya belum mengenali hakikat Dzat Allah. Padahal mengenali Dzat Allah adalah wajib bagi semua orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT," kata Syekh Abdul Qadir Al Jailani dalam kitabnya Sirr Al-Asrar Fi Mayahtaj Ilayah Al-Abrar.
Tentang fadilah tafakur, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda dalam sejumlah haditsnya antara lain yaitu:
تَفَكُّرُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ "Tafakur sesaat itu adalah lebih baik dari setahun ibadah."
Ada tiga perkara tentang tafakur atau meditasi ini. Penjelasannya sebagai berikut:
Pertama, barangsiapa bertafakur tentang sesuatu hal dan menyelidiki sebabnya, dia akan mendapat setiap bagian dari hal itu mempunyai banyak bagiannya yang lain pula, dan setiap bagian itu menerbitkan banyak lagi hal-hal yang lain. Inilah tafakur yang nilainya setahun ibadah.
Kedua, barangsiapa bertafakur tentang ibadahnya dan mencari sebabnya dan mengenal sebab itu, maka tafakurnya k itu bernilai 70 tahun ibadah.
Ketiga, barangsiapa bertafakur tentang mengenal Allah dan panjang yang kuat untuk mengenal-Nya, maka tafakurnya itu bernilai 1.000 tahun ibadah. "Inilah ilmu yang hakiki,” kata Syekh Abdul Qadir Al Jailani.
Ilmu yang hakiki adalah suatu keadaan kesadaran atau perasaan tentang keesaan (tauhid) di mana diri kita terasa berpadu dan taqarrub dengan Allah SWT dari alam kebendaan dan terbang dengan sayap keruhanian ke alam tinggi yaitu alam kesadaran rasa berpadu dengan Yang Maha-Esa. Si abid (ahli ibadah) berjalan kaki ke surga tetapi si arif (ahli makrifat) terbang ke hadirat Allah SWT.
"Si arif atau ahli makrifat adalah mereka yang sangat mencintai Allah. Orang yang cinta memiliki pandangan mata bashirah (batin). Orang yang tercinta buta matanya tak menentu arah. Cinta itu saya bukan daging atau darah. Boleh menerbangkannya ke alam malaikat dan berjumpa Allah."
Penerbangan ini berlaku dalam alam batin atau dalam diri si arif yang tinggi badannya dirasakan benar-benar dihadapkan kepada Allah. Lantaran itu mereka mendapat gelar orang yang benar atau ahli hakikat atau kekasih Allah yang kerap dikenal dengan wali Allah. Karena itu pula Allah pun menjadi kekasih lagi.
Seorang waliyullah yang bernama Abu Yazid Al Bishthami pernah berkata ketika "orang yang memiliki makrifat adalah kekasih Allah."