Sabtu 10 Jul 2021 12:23 WIB

Jangan Ikuti Orang tak Berilmu

Orang tak berilmu jangan diikuti.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
 Jangan Ikuti Orang tak Berilmu. Foto:  Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhamadiyah Abdul Muti menyampaikan orasi ilmiah saat sidang Senat terbuka Pengukuhan Guru Besar di Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (2/9). Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar sidang Senat terbuka pengukuhan Abdul Muti sebagai Guru Besar atau Profesor di Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI) mengangkat tema Pendidikan Agama Islam yang Pluralistis, Basisi Nilai dan Arah Pembaruan. Sidang tersebut dihadiri sejumlah tokoh yaitu mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi dan mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Jangan Ikuti Orang tak Berilmu. Foto: Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhamadiyah Abdul Muti menyampaikan orasi ilmiah saat sidang Senat terbuka Pengukuhan Guru Besar di Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (2/9). Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar sidang Senat terbuka pengukuhan Abdul Muti sebagai Guru Besar atau Profesor di Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI) mengangkat tema Pendidikan Agama Islam yang Pluralistis, Basisi Nilai dan Arah Pembaruan. Sidang tersebut dihadiri sejumlah tokoh yaitu mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi dan mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti menjelaskan tentang hadits nabi yang menyatakan bahwa salah satu tanda kiamat adalah ilmu agama akan dicabut. Proses ilmu agama dicabut tersebut dimulai dari para ulama wafat hingga diangkatnya pemimpin yang bodoh.

Rasulullah Saw bersabda,

Baca Juga

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا ‏

“Allah SWT menghapuskan ilmu agama tidak dengan cara mencabutnya secara langsung dari hati umat manusia. Tetapi Allah akan menghapuskan ilmu agama dengan mewafatkan para ulama, hingga tidak ada seorang ulama pun yang akan tersisa. Kemudian mereka akan mengangkat para pemimpin yang bodoh. Apabila mereka, para pemimpin bodoh itu dimintai fatwa, maka mereka akan berfatwa tanpa berlandaskan ilmu hingga mereka tersesat dan menyesatkan." (HR Muslim) 

Menurut Prof Mu’ti, persoalan ini menjadi penting karena terkadang di internal Persyarikatan Muhammadiyah sendiri ada sebagian yang justru mengikuti “fatwa google” daripada fatwa Mejelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan lembaga lainnya yang memiliki otoritas kuat dalam memberikan fatwa.

“Sementara, kita juga diingatkan oleh Alqur’an untuk jangan mengikuti yang tidak memiliki ilmu tentang sesuatu itu,” ujar Prof Mu’ti saat sambutan dalam acara pengajian umum PP Muhammadiyah yang digelar pada Jum’at (9/7) malam.

Dia pun mengutip surat al-Isra’ ayat 36. Allah Swt berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

Karena itu, menurut Prof Mu’ti, daripada mengikuti orang yang tidak berilmu lebih baik mengikuti apa yang sudah diperingatkan Alqur’an.  “Dua kali Alqur’an mengingatkan kita untuk senantiasa bertanya kepada orang yang berilmu. Di dalam surat an-Nahl ayat 43 dan surat al Anbiya’ ayat 7,” jelas guru besar UIN Syarif Hidayatullah ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement