REPUBLIKA.CO.ID, — Ternyata bencana tidak hanya menimpa para pelaku kezaliman, tetapi juga semua orang.
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS Al Anfal 25).
Apakah berarti Tuhan tidak adil terhadap orang yang tidak zalim? Ternyata tidak demikian. Dalam rumus Rasulullah SAW disebutkan berikut ini:
إن الناس إذا رأوا المنكر فلم يغيروه أوشك أن يعمهم الله بعقابه "…jika kebanyakan orang melihat kemunkaran atau kezaliman di depan mata mereka, tapi mereka tidak mengubahnya, padahal mereka mampu mengubahnya maka mereka akan terkena bencana pula." (HR Ahmad Tabrani).
Artinya, orang baik diazab dengan bencana karena tidak mencegah kemunkaran (nahi mungkar).
Jika demikian, nahi mungkar adalah penyelamat manusia dari bencana. Ma sa lahnya, bagaimana mengukurnya. Artinya, bencana akan terjadi untuk semua orang ketika persentase pelaku kemunkaran semakin tinggi, sementara persentase pelaku nahi mungkar semakin rendah. Mungkin ini bisa jadi jawabannya, mengapa di negeri ini banyak bencana alam.
Jika demikian, apakah bencana menunjukkan bahwa Tuhan tidak baik? Ter nyata juga tidak demikian, sebab bencana mengakibatkan empat hal. 1) Kematian bagi yang zalim, 2) Kematian bagi orang saleh, 3) Ujian bagi yang terkena bencana dan tidak mati, 4) Keuntungan bagi yang tidak terkena bencana.
Kematian bagi yang zalim adalah untuk menghindari atau memutus kezaliman dalam kehidupannya (rahatan minkulli syarr). Bagi bayi atau anak belum baligh, kematiannya adalah untuk menghindarkannya dari berbuat zalim di dunia dan surga baginya.
Bagi orang saleh, kematian adalah perjumpaan dengan kekasih-Nya, yaitu Allah SWT. Jadi, hidup dan mati adalah untuk "Menguji kamu, siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya (QS al-Mulk [67]: 2). Namun, kematian menurut Rasulullah SAW,"… adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman." (HR Muslim).
Bagi yang tidak menemui ajal dalam bencana dan kehilangan atau rugi besar, ia sedang mendapat ujian, pelajaran, dan peringatan (bala). Jika ia sabar dan syukur, akan lulus dan mendapat ridha Allah. Sedangkan bagi yang kufur dan marah akan mendapat kemarahan dari Allah. Bagi yang selamat dari kematian, boleh jadi ia beruntung secara finansial ataupun spiritual. Ia dapat menambah kebaikan (ziyadatan min kulli khayr).
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa Allah itu tidak sedikit pun menzalimi hamba-Nya (QS An Nisa [4]: 40; Al Kahfi [18]: 49). Bahkan, Allah "telah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya" (HR Muslim). Justru manusialah yang zalim pada diri sendiri dan berburuk sangka kepada Allah. Singkat kata, Tuhan Allah itu Mahabaik.
*Naskah ini penggalan artikel Rektor Unida Gontor, Prof KH Hamid Fahmy Zarkasyi, berjudul "Kebaikan Tuhan" yang terbit di Harian Republika, 21 Januari 2021.