Selain itu, sesungguhnya ada sesuatu yang sangat fundamental ketika mendengar pernyataan-pernyataan positif tentang Nabi Muhammad dari kalangan non-Muslim ini. Hal tersebut adalah hendaknya menjadi kebanggaan umat Islam atas berbagai hal positif.
Nabi Muhammad mengajarkan kesantunan. Itu pula salah satu faktor penting yang membuat para pengkaji Islam terpesona. Maka kebanggaan kaum Muslimin kepada Nabi Muhammad, hendaknya juga bermakna menghidupkan nilai kesantunan dalam kehidupan nyata.
Jika kekaguman sarjana-sarjana Barat pada Nabi Muhammad itu adalah karena kecerdasannya dalam berpolitik, itu justru merupakan sebuah peringatan kepada umat Islam untuk melakukan tindakan-tindakan politik yang cerdas, politik tanpa kegaduhan, sehingga bisa menangkap ikan tanpa harus membuat air menjadi keruh.
Dalam pemahaman saya, itulah makna ber-sunnah yang lebih penting, memaknai sunnah secara lebih substansial. Ini tak berarti bahwa memaknai sunnah-sunnah Nabi yang bersifat fisik dan kasat mata tidak boleh; tetapi sunnah Nabi itu akan lebih bermakna manakala teladan-teladan kemanusiaan Nabi Muhammad dihadirkan dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Inilah yang lebih penting ketimbang sekadar memperdebatkan apakah jenggot dan gamis itu sunnah apa bukan. (Pradana Boy ZTF)
-----
Sumber: Majalah SM Edisi 23 Tahun 2017
https://suaramuhammadiyah.id/2021/06/25/george-bernard-shaw-muhammad-the-savior-of-humanity/