Ahad 04 Jul 2021 19:50 WIB

Jalan Berliku Cinta Zainab Putri Nabi Muhammad SAW (2-Habis)

Zainab kembali dipertemukan dengan mantan suaminya yang masuk Islam

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nashih Nashrullah
Zainab kembali dipertemukan dengan mantan suaminya yang masuk Islam. Ilustrasi.
Foto: Mgrol120
Zainab kembali dipertemukan dengan mantan suaminya yang masuk Islam. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setelah sampai di Madinah, Zainab kembali dipersatukan lagi dengan keluarganya. Saat itu, saudara perempuannya Ruqayyah meninggal.

Di Madinah, Zainab akhirnya bisa menjalani hidupnya sebagai seorang Muslim yang merdeka, menghadiri sholat bersama keluarganya, dan bekerja untuk perbaikan masyarakat yang progresif.

Baca Juga

Akan tetapi, kehidupan di Madinah tidak selamanya berjalan mulus. Beberapa peperangan terus terjadi antara kaum Muslim dan Quraisy. Dengan rahmat Allah, pasukan Rasulullah berhasil melawan serangan.

Sejak itu, orang-orang Arab di Makkah telah kehilangan semua integritas sebagai sebuah bangsa. Bahkan, mereka kehilangan kredibilitas dalam perdagangan mereka yang merupakan mata pencaharian selama ini.

Reuni kedua

Bulan-bulan berikutnya kaum Muslim diperintahkan untuk menyabotase kafilah dagang dari Makkah yang melewati Madinah. Sebuah kafilah yang kembali dari Suriah ditangkap Zaid, salah seorang sahabat Nabi SAW. Barang dagangan dan karyawan dibawa ke Madinah.

Namun, satu orang melarikan diri yang tak lain adalah Abu Al Aash. Dia berjalan dengan hati-hati ke Madinah di tengah malam dan mengetuk pintu kediaman Zainab. Lalu Zainab membiarkan dia masuk.

Abul Aash mengatakan dia terganggu oleh penyitaan banyak barang yang disimpan akibat dari perdagangan barter di Suriah. Orang-orang Makkah mempercayainya dan dia harus mengembalikan barang-barang itu kepada pembeli mereka. Dia juga mengkhawatirkan keselamatannya.

Zainab pergi dengan tenang untuk shalat subuh bersama anggota keluarganya. Saat dia melihat ayahnya, Zainab menunggu sejenak dan mengatakan dengan sepenuh hati, “Wahai manusia aku memberikan perlindungan kepada Abu Al Aash putra Rabi.”

Mendengar itu, Rasulullah segera bergegas menuju Zainab. Zainab mengulangi pesannya kepada Nabi. Dengan tenang, Nabi mengingatkannya, “Terimalah dia dengan segala hormat tapi jangan biarkan dia datang kepadamu sebagai seorang suami karena menurut hukum kamu bukan miliknya.”

Kemudian Rasulullah berpaling kepada para pengikutnya dan memohon untuk mengasihani mantan menantunya. Sehingga semua barang dagangan yang termasuk dalam wilayah Abu Al Aash dikembalikan dengan harapan dia akan memeluk Islam.

Setelah mengembalikan barang-barang ke Makkah, Abu Al Aash kembali ke Madinah dan memeluk Islam. Nabi kembali menikahkannya dengan Zainab. Ini adalah salah satu momen paling bahagia dari keluarganya.

Cinta hidup terus

Zainab meninggal tidak lama setelah dia dipertemukan kembali dengan suaminya tapi cintanya melampaui masa hidupnya. Zainab telah menghadapi segala macam dilema dan berbagai cobaan  yang menimpa hubungannya dan keluarganya.

Dia bertahan melalui siksaan mental paling mengerikan selama kedatangan Islam. Dia menyaksikan keluarganya menderita karena mereka terpinggirkan dari masyarakat. Dia ditinggalkan beberapa kali, memaksa dirinya untuk hidup di antara non-Muslim yang membenci ayahnya.

Ada saat di mana hidupnya sendiri terancam dan perceraiannya berdampak pada mental dan fisiknya. Kekuatan pendorong di balik ketabahan Zainab hanya satu, yaitu iman dan cinta yang abadi yang menyelamatkan hidupnya dalam banyak kesempatan. 

 

Sumber: aboutislam

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement