Selasa 22 Jun 2021 19:59 WIB

Mengapa Penaklukkan oleh Islam Justru Diterima di Andalusia?

Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia. Alhambra Spanyol
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, — Semenanjung Iberia terletak di bagian paling barat daratan Benua Eropa. Wilayah itu kini menjadi lokasi negara-negara modern, termasuk Spanyol dan Portugal.

Muslimin pernah berjaya ratusan tahun lamanya di Andalusia, sebutan bagi Spanyol dalam historiografi Islam. Sejarah kegemilangan peradaban Islam itu bermula sejak Ramadhan 92 H atau Juli 711 M melalui penaklukan yang dipimpin Thariq bin Ziyad.

Baca Juga

Lelaki itu awalnya merupakan letnan kepercayaan gubernur Ifriqiyah, Musa bin Nusair. Wilayah Ifriqiyah, seperti mayoritas Afrika Utara kala itu dikuasai Ke khalifahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Kerajaan Islam ini mulai berekspansi ke Iberia setelah penguasa Ceuta, Raja Julian, meminta bantuan Muslimin, khususnya dari Berber, dalam menjungkalkan kekuasaan Raja Roderick.

Menurut Prof Raghib as-Sirjani dalam Bangkit dan Runtuhnya Andalusia(2013), Thariq bin Ziyad merupakan tokoh kunci dalam Pembebasan Andalusia. Masyarakat Iberia menyebutnya, Taric El Tuerto, Thariq si pemilik satu mata. Jenderal Umayyah ini berasal dari Suku Berber (Barbar) Nafzah, yang telah memeluk Islam.

Dalam perspektif Barat, penamaan barbar sering diidentikkan dengan suku bangsa yang `tidak beradab' atau `liar.' Kecenderungan itu dapat dilacak setidaknya sejak zaman kejayaan Imperium Romawi.

Penduduk Roma menamakan bangsa-bangsa di luarnya, terutama yang berasal dari pesisir Afrika, sebagai barbarus. Istilah itu untuk mengecap sang lainnya sebagai `terbelakang', sembari mengeklaim bangsa sendiri sebagai `tercerahkan' atau `beradab.'

Sejak Daulah Umayyah menguasai sebagian Afrika Utara, banyak suku-suku barbar setempat yang menjadi Muslim atas kemauan sendiri. Suku Nafzah pun demikian. Keluarga Thariq merupakan keturunan kelompok etnis tersebut.

Lelaki ini lahir pada 50 H, yakni ketika ekspansi Islam sedang gencar-gencarnya dilakukan di penjuru Afrika Utara. Ia pun menjalani masa anak-anak, remaja, dan dewasa sambil menyaksikan serta merasakan sendiri pengaruh pergolakan politik-kekuasaan tersebut. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement