Selasa 22 Jun 2021 19:59 WIB

Mengapa Penaklukkan oleh Islam Justru Diterima di Andalusia?

Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia. Alhambra Spanyol
Foto:

Ayahnya bekerja sebagai budak di pusat pemerintahan Ifriqiyah, Kairouan. Sejak kecil, Thariq sudah diajarkan untuk menjadi pria yang tangguh dan patriotik.Sebagai anak budak, dirinya terus berjuang untuk memenuhi ekspektasi tuannya. Seperti umumnya penguasa saat itu, gubernur Ifriqiya menginginkan hamba-hamba yang dapat membela kepentingan tuannya di lapangan.

Maka dalam usia remaja, Thariq sudah terampil menunggangi kuda, memanah, menggunakan senjata, dan menerapkan ilmu bela diri. Terutama setelah dibebaskan Musa bin Nusair dari status budak, ia pun makin disiplin dalam menguasai ilmu-ilmu agama dan umum.

Dengan cepat, dirinya mampu berbicara, menulis, dan membaca dalam bahasa Arab dan Yunani. Kecerdasan dan ketangkasannya membuat Gubernur Musa mengangkatnya sebagai letnan di jajaran militer setempat.

Musa sering mengadakan ekspedisi untuk meredam para pemberontak di berbagai daerah. Dalam banyak misi, Thariq pun dengan setia mengiringinya. Biasanya, mantan budak ini berperan sebagai pemimpin pasukan perintis yang bertugas memantau dan mengawasi pihak musuh.

Kota Tangier berhasil dikuasai Musa dan pasukannya. Gubernur Ifriqiya itu dengan segera membangun wilayah tersebut sebagai salah satu kota pemerintahan Umayyah. Sebelum kembali ke Kairouan, dirinya mengangkat Thariq sebagai letnan. Keamanan Tangier pun diamanahkan kepada Muslim berber tersebut. Sebanyak 19 ribu prajurit ditempatkan di sana.

Secara de facto, Thariq menjadi penguasa Tangier. Kota ini hanya berjarak kira-kira 70 km dari pesisir Iberia di arah utara. Untuk sampai ke wilayah kekuasaan bangsa Gothik itu, seseorang hanya perlu mengarungi lautan sempit, yang kini disebut Selat Gibraltar. Siapa kira, tiga tahun kemudian dirinya akan memimpin sekelompok pasukan Muslimin untuk menyeberangi selat tersebut dan merebut daerah Gothik dari tangan Roderick.

Koalisi Umayyah-Ceuta Invasi yang bertujuan menjajah hanya menjadikan rakyat sebagai objek belaka. Sementara, kekuasaan yang baik akan selalu membebaskan mereka dari ketakutan dan ketertindasan. Dalam sejarah Islam, betapa banyak ekspedisi militer yang walaupun ekspansif, dilakukan dengan hasil menebar maslahat.

Inilah mengapa, Islam begitu diterima di wilayah-wilayah taklukannya. Sebab, penguasa Muslim ketika membebaskan suatu wilayah akan memerdekakan rakyat setempat dari penindasan rezim yang zalim. Tak mengherankan bila kemudian mereka berbondong-bondong memeluk Islam tanpa dipaksa.

 

Itu pula yang tampak dari Pembebasan Andalusia. Sebelum terjalin koalisi Ceuta dan Umayyah, masyarakat Iberia terbelenggu oleh kekuasaan yang tidak adil. Raja Gothik, Roderick, menindas mereka dengan berbagai kebijakan yang represif. Siapapun yang melawan akan terancam hukuman yang kejam. Sementara, kaum bangsawan dan agamawan setempat cenderung kompromistis, mencari selamat sendiri. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement