Namun, bangunan masjid telah dipulihkan (restorasi) pada 2015 dengan sumbangan dari para relawan. Pemulihan masjid tersebut termasuk perpustakaan, menara, beberapa tiang dan dua iwan yang dibangun dari lumpur dan batu yang terletak di sisi barat masjid.
"Pekerjaan restorasi mencoba untuk melestarikan detail arsitektur yang tepat dari era Mamluk kuno," lanjutnya.
Menurut panduan arkeologi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata dan Purbakala pada 2013 yang menandai situs-situs semacam itu di Gaza, daerah kantong pesisir adalah rumah bagi 39 bangunan dan situs arkeologi, termasuk masjid, gereja, istana, tempat suci, dan rumah kuno. Direktur barang antik dan warisan budaya di Kementerian Pariwisata dan Purbakala di Gaza Jamal Abu Raida mengatakan masjid Al-Thafr Damri, yang secara lokal dikenal sebagai Qazmari, adalah salah satu monumen Islam dan arkeologi terpenting di Lingkungan Shajaiya pada khususnya dan Jalur Gaza pada umumnya.
Bangunan masjid tersebut menandai era Mamluk di Palestina. Menurutnya, orang Mamluk di Palestina sangat tertarik untuk membangun masjid, sekolah, istana, pemandian, dan penginapan bagi para pelancong.
Mereka juga membangun karavanserai (penginapan di tepi jalur perdagangan bagi para musafir) di jalan-jalan untuk melayani para kafilah yang berdagang, sambil memastikan melestarikan karakteristik Islam di kota-kota Arab. "Arsitektur pada masa itu memiliki tanda-tanda dari periode Mamluk, saat Tatar dan Tentara Salib dikalahkan," kata Abu Raida.