REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Allah SWT memerintahkan hamba-Nya (para Da'i) agar tidak membalas orang yang telah berbuat jahat terhadapnya. Ada isyarat cinta dari seseorang yang berbuat jahat kepada kita, ketika kita membalas kejahatannya dengan berbuat baik kepadanya.
Perintah balaslah kejahatan dengan kebaikan itu ada di dalam surat Al-Fushilat ayat 34 yang yang artinya.
"Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."
Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah dalam tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah/Markaz Ta'dzhim mengatakan, jika kita membalas kejahatan dengan kebaikan maka musuhmu akan menjadi seperti temanmu.
Muqatil berkata bahwa ayat ini diturunkan bagi Abu Sufyan bin Harb yang dahulu menentang Rasulullah kemudian menjadi orang dekatnya dengan perbesanan yang terjalin antara dirinya dengan Rasulullah. Kemudian dia masuk Islam, sehingga dia menjadi pembelanya dalam Islam dan orang terdekatnya dengan perbesanan.
"Adab yang terkandung dalam ayat ini secara mendasar ditujukan kepada para da’i yang berdakwah di jalan Allah dan secara umum ditujukan kepada semua orang," katanya.
Sementara itu Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, maksudnya, barang siapa yang berbuat jahat terhadap dirimu, tolaklah kejahatan itu darimu dengan cara berbuat baik kepada pelakunya. Seperti yang dikatakan oleh Umar Radhiyallahu Anhu.
"Hukuman yang setimpal bagi orang yang durhaka kepada Allah karena menyakitimu ialah dengan cara kamu berbuat taat kepada Allah dalam menghadapinya."
Ibnu Katsir mengatakan ya ng dimaksud dengan 'hamim' ialah teman setia. Yakni jika engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadamu, maka kebaikan yang kamu ulurkan kepadanya akan melunakkan hatinya dan berbalik menyukai dan menyenangimu.
"Sehingga seakan-akan dia menjadi teman yang dekat denganmu dan akan tertanamlah di dalam hatinya rasa kasihan kepadamu dan ingin berbuat baik kepadamu.
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar. (Fushshilat: 35)
Artinya, perintah ini tidak dapat diterima, tidak dapat pula diamalkan kecuali hanyalah oleh orang yang sabar dalam menjalaninya, karena sesungguhnya hal ini amat berat pengamalannya.
{وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ}
"...dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 35)
"Yakni orang yang mempunyai kebahagiaan yang besar dalam kehidupan dunia dan akhirat," katanya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk bersabar saat sedang marah (emosi), penyantun dalam menghadapi orang yang tidak mengerti, dan memaaf bila disakiti. Apabila mereka melakukan pekerti ini, maka Allah akan memelihara mereka dari godaan setan, dan menundukkan bagi mereka musuh-musuh mereka sehingga seakan-akan menjadi teman yang sangat dekat.