Rabu 02 Jun 2021 19:37 WIB

Kemenkeu: PMI Manufaktur Pecah Rekor Naik 55,3 Persen

Peningkatan PMI manufaktur ditopang komponen output dan permintaan baru.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Aktivitas pabrik kendaraan (ilustrasi). Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali mencatatkan rekor tertinggi pada Mei 2021, yaitu mencapai 55,3.
Foto: AP Photo/Carlos Osorio
Aktivitas pabrik kendaraan (ilustrasi). Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali mencatatkan rekor tertinggi pada Mei 2021, yaitu mencapai 55,3.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali mencatatkan rekor tertinggi pada Mei 2021, yaitu mencapai 55,3. Angka itu naik dari bulan sebelumnya 54,6 persen.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, peningkatan pada periode tersebut menunjukkan terjadi ekspansi dari aktivitas manufaktur selama tujuh bulan berturut-turut.

Baca Juga

"Momentum ini pun menggambarkan terjadi kenaikan output, permintaan baru, pembelian, serta ketenagakerjaan, yang kembali tumbuh setelah 14 bulan terkontraksi," kata Febrio dalam keterangan resmi, Rabu (2/6).

Menurutnya, peningkatan ini merupakan salah satu bentuk optimisme produksi akan terus menguat. Hal tersebut terlihat semakin solid di dalam negeri, didorong harapan perbaikan ekonomi karena situasi pandemi Covid-19 domestik. Adapun kontributor utama dari peningkatan PMI manufaktur pada Mei 2021 adalah komponen output dan permintaan baru.

"Adanya peningkatan permintaan dan pertumbuhan permintaan baru internasional berhasil memicu kenaikan indeks tersebut," ucap dia.

Sejalan dengan itu, PMI manufaktur global juga tumbuh semakin kuat ke level 56,0 pada Mei 2021, masih mencatat angka tertinggi sejak April 2010. Peningkatan ini pun didorong oleh pertumbuhan di sisi permintaan baru, permintaan ekspor baru, dan produksi.

Negara kontributor utama dari penguatan kinerja manufaktur di antaranya Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat. Sedangkan Cina, Jepang, dan India masih berada zona ekspansi. Namun, aktivitas manufaktur India menurun tajam akibat lonjakan kasus Covid- 19.

Di sisi lain, Asean menunjukkan performa manufaktur yang bervariasi. Aktivitas manufaktur Malaysia dan Vietnam meneruskan tren ekspansif, tetapi Filipina dan Thailand berada di zona kontraksi akibat pengetatan restriksi.

Febrio menyampaikan, lonjakan kasus Covid-19 di negara berkembang, seperti Amerika Latin, Asean, dan India masih perlu diwaspadai. Pengetatan restriksi yang diterapkan perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak berdampak pada penurunan aktivitas manufaktur di wilayah tersebut.

"Pemulihan ekonomi akan berlanjut, tapi pengendalian pandemi Covid-19 dan vaksinasi harus terus berjalan dengan baik," kata Febrio.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement