Senin 31 May 2021 06:27 WIB

Kisah Komunitas Islam Generasi Pertama di Sumatra

Komunitas itu terbangun sejak era Khalifah Sayyidina Usman bin Affan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Komunitas Islam Generasi Pertama di Sumatra. Umat muslim mencuci tangan sebelum menunaikan shalat Jumat awal bulan Ramadhan di Masjid Raya Al Mashun Medan, Sumatera Utara, Jumat (24/4/2020). Jamaah masjid di tempat itu tetap melaksanakan shalat Jumat di tengah pandemi COVID-19 dengan diwajibkan mengunakan masker, penyemprotan disinfektan dan mencuci tangan
Foto:

Berikutnya di tahun 717 Masehi terdapat 35 kapal perang dari Dinasti Umayyah ke Sriwijaya. Hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam di wilayah tersebut. Hanya saja, perkembangan Islam baru dapat signifikan di Sriwijaya pada awal abad ke-8 Masehi akibat adanya pengungsi Muslim Persia dan Cina ke Sriwijaya.

Untuk kemudian dakwah Islam di tanah Sriwijaya terus berlanjut, terutama oleh pedagang asal jazirah Arab yang kerap berdatangan. Karena pengaruh bangsa Persia Muslim dan Muslim Arab yang tinggal dan berkunjung ke Sriwijaya, Raja Sriwijaya (Sri Indravarman) masuk Islam pada 718 Masehi.

Tercatat beberapa kali raja tersebut berkirim surat kepada Khalifah Islam di Syiria (Suriah). Bahkan salah satu surat yang ditujukan kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 Masehi-720 Masehi) berisi permintaan agar khalifah sudi mengirimkan dai ke Istana Sriwijaya.

Terkait sejarahnya, sebagian penduduk Sriwijaya konon secara genealogi banyak yang terhitung kerabat kerajaan Persia. Hal ini tergambar di dalam kitab-kitab sejarah Melayu, yang mengisahkan pemimpin wilayah Palembang, Demang Lebar Daun, merupakan anak cucu Raja Sulan, keturunan dari Raja Nusirwan Adil bin Kibad Syahriar.

Keberadaan keluarga Kerajaan Persia ini dikarenakan terjadinya konflik internal di Persia, sepeninggal Raja Nusirwan Adil. Akibatnya, sebagian bangsawan mengungsi ke Sriwijaya. Para pelarian politik ini dimanfaatkan oleh para penguasa Sriwijaya untuk menjadi instruktur di angkatan perangnya.

Bahkan dalam upaya memperkuat pasukannya, Sriwijaya mendirikan pangkalan militer di daerah Minanga yang berada di tepi Sungai Komering. Pada 669 Masehi, Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hiyang Sri Jayangga yang mana dia dilengkapi dengan angkatan oerang yang sangat terlatih. Atas modal inilah Kerajaan Sriwijaya dapat menaklukkan daerah sekitarnya, bahkan kemudian kerajaan induknya yakni Kerajaan Sribuja berhasil pula dikuasai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement