REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Memahami Islam dapat dilakukan dengan sudut pandang apapun, termasuk dalam pandangan lingkungan hidup atau ekologi. Salah satunya adalah dengan menyimak penyebutan Alquran dan hadis tentang keistimewaan pohon bidara.
Ustaz Ahmad Ubaydi Hasbillah dalam buku Ilmu Living Quran-Hadis menjelaskan, sebagian komunitas Muslim tradisionalis banyak yang menggerakkan penanaman dan budidaya pohon bidara. Mereka biasa menyebut gerakan budidaya itu dengan sebutan Botani Alquran.
Gerakan ini bukan sekadar bermotif ekonomi atau agribisnis belaka, melainkan juga mengusung misi pengamalan hadis Nabi. Berdasarkan hadis tentang keutamaan bidara, mereka meyakini betul bahwa seluruh bagian dari tanaman bidara sangat berguna secara syar’i.
Daunnya dapat digunakan untuk bahan memandikan jenazah, pengobatan, ruqyah, hingga untuk mengusir jin. Gerakan Botani Alquran yang membudidayakan bidara ini dilandasi dengan dalil Alquran Surah Saba ayat 16 dan Surah Al-Waqiah ayat 28.
Dasar lain yang dijadikan landasan bagi program tersebut adalah hadis Nabi: “An Qais bin Ashim qala ataitu An-Nabi SAW uridu al-Islama fa-amarani an aghtasila bimaa-in wasidrin,”. Yang artinya: “Dari Qais bin Ashim yang berkisah: Aku pernah mendatangi Nabi untuk masuk Islam. Kemudian Nabi menyuruhku untuk mandi dengan air dan daun bidara,”.