Oleh : Direktur Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta dan Sekjen OIAA, KH Dr Muchlis M Hanafi
REPUBLIKA.CO.ID, Yerusalem adalah salah satu kota terbesar di Palestina, baik dari segi luas wilayah maupun penduduknya. Dari segi agama dan nilai ekonomi, kota ini juga menempati posisi yang sangat penting. Kota ini memiliki banyak nama. Yerusalem berasal dari bahasa Ibrani yang berarti kota perdamaian, atau kota dewa/tuhan yang bernama Salom atau Salim.
Dalam bahasa Arab dikenal dengan nama Baytul Maqdis atau al- Quds al-Syarif dan dalam bahasa Yunani dinamakan Elia (Aelia), yang berarti rumah tuhan. Ketika Islam menguasai Yerusalem saat itu namanya Elia, dan tercantum dalam piagam jaminan keamanan bagi penduduk setempat yang dibuat Khalifah Umar (al-`Uhdah al-`Umariyyah). Sebutan Baytul Maqdis atau al-Quds sudah populer di kalangan para sahabat, seperti tercatat dalam beberapa hadits Nabi yang sahih.
Sejarah Kota Yerusalem bermula sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu. Wajar bila dikatakan sebagai salah satu kota tertua di dunia. Menurut sejarawan, yang membangun pertama kali adalah suku al-Yabus, salah satu suku dari kabilah Arab Kanan, pada sekitar 4.000 tahun Sebelum Masehi sehingga kota itu pada mulanya disebut Yabus. Sejak itu kabilah bangsa Arab, seperti Kanan dan Amoria (Aramin), berdatangan dan tinggal di situ, jauh sebelum kedatangan Bani Israel.
Fakta ini diakui Perjanjian Lama dalam Yosua: 12 yang menyatakan; “Inilah raja negeri yang dikalahkan oleh Yosua dan oleh orang Israel di sebelah barat Sungai Yordan ... yang di negeri orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.” (Al-Kitab: hlm 249). Amori, Kanaan, dan Yebus adalah bangsa Arab yang telah tinggal di bumi Palestina sebelum bangsa Israel datang.