REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa di antara kalian yang bangun di pagi hari dalam keadaan aman di rumahnya (atau keluarganya), sehat wal'afiat, dan memiliki makanan sehari-hari, maka seolah-olah dunia dan seisinya berkumpul dan menjadi miliknya.” (At-Tirmidzi).
Dikutip dari buku Renew Your Life karya Sheikh Muhammad Al-Ghazali, Dale Carnegie berkata, memiliki kesehatan jiwa dan tubuh, keamanan, dan kecukupan untuk diri sendiri dan keluarga adalah anugerah yang patut disyukuri. Mengkhawatirkan masalah yang belum muncul merupakan hal bodoh.
"Mereka seringkali hanya ilusi yang lahir dari pesimisme. Bahkan jika itu benar, adalah salah untuk menghancurkan hari ini dengan ketakutan di masa lalu atau masa depan," kata Dale Carnegie.
Dilansir dari About Islam pada Rabu (19/5), seseorang harus memulai harinya setiap hari, seolah-olah itu adalah dunia yang tidak terhubung satu sama lain dengan waktu dan kejadiannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ya Allah, ini ciptaan baru. Mulailah untukku dengan ketaatan kepada-Mu dan akhiri untukku dengan Pengampunan dan Kesenangan-Mu. Berilah saya di dalamnya perbuatan baik yang Engkau terima dari saya, sucikan dan gandakan pahala. Setiap perbuatan buruk yang saya lakukan, maafkan itu untuk saya. Sungguh, Engkau Pemaaf, Penyayang, Baik hati, dan Dermawan,” (AlGhazali dalam kitabnya Ihya 'Ulum al-Din)
Jangan khawatir tentang esok namun hidup di masa sekarang tidak berarti mengabaikan masa depan dan tidak mempersiapkan diri untuk itu.
"Dengan segala cara pikirkanlah untuk hari esok, ya, pemikiran yang cermat, perencanaan, dan persiapan. Tapi jangan khawatir," ujar Dale Carnegie.
Berpikir dan merencanakan hari esok adalah kecerdasan dan visi yang luas. Nabi Muhammad Saw juga bersabda tentang memanfaatkan 5 perkara sebelum datangnya 5 perkara.
"Manfaatkan lima sebelum datangnya lima perkara ini: (pertama) manfaatkan masa mudamu sebelum datang usia tuamu, (kedua) kesehatanmu sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum kemiskinanmu, waktu luangmu, sebelum sempitmu, dan kehidupanmu sebelum kematianmu." (Mustadrak Al-Hakim)
Ini menjelaskan perbedaan antara memperhatikan masa depan dan kewalahan olehnya, mempersiapkan diri untuk itu dan tenggelam di dalamnya, memiliki keinginan untuk memanfaatkan hari ini dan mengantisipasi hari esok. "Dengan menunggu hari esok, hidup dicuri dari kita, hari demi hari, sampai hidup kita berakhir dengan tangan kosong dari pencapaian nyata," ujarnya.