Setelah beberapa lama memikirkan sikap Rasul yang baik, ia beranjak bangkit kembali menuju kediaman Rasulullah dan menyatakan masuk Islam.
Setelah masuk Islam, Sammamah meng habiskan beberapa hari bersama Rasulullah kemudian pergi ke Mak kah untuk mengunjungi Ka'bah. Sesampainya di sana, Sammamah menyatakan dengan suara lantang: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Saat itu Makkah masih berada di bawah kekuasaan Quraisy. Orang-orang menghampirinya dan mengepungnya. Pedang sudah terayun-ayun mengintai kepala dan lehernya.
Salah seorang dari kerumunan itu berkata, "Jangan bunuh dia! Jangan bunuh dia! Dia adalah penduduk Imamah. Tanpa suplai makanan dari Imamah kita tidak akan hidup."
Sammamah menimpali, "Tetapi itu saja tidak cukup! Kalian telah sering menyiksa Muhammad. Pergilah kalian menemuinya dan minta maaflah pada beliau dan berdamailah dengannya! Kalau tidak, Aku tidak akan mengizinkan satu biji gandum dari Imamah masuk ke Makkah," katanya.
Sammamah kembali ke kampung halamannya dan ia benar-benar menghentikan suplai gandum ke Makkah. Bahaya ke laparan mengancam penduduk Makkah.
Para penduduk Makkah mengajukan permohonan kepada Rasulullah, "Wahai Muhammad! Engkau memerintahkan agar berbuat baik kepada sanak dan tetangga".
"Kami adalah sanak saudaramu, akankah engkau membiarkan kami mati kelaparan dengan cara seperti ini?"
Seketika itu pula, Rasulullah menulis surat kepada Sammamah, memintanya untuk mencabut larangan suplai gandum ke Makkah. Sammamah dengan rela hati mematuhi perintah tersebut.