REPUBLIKA.CO.ID, Suatu malam, Usaid bin Hudair duduk di beranda belakang rumahnya. Anaknya, Yahya, tidur di dekatnya. Kuda yang selalu siap untuk berperang ti sabilillah, diikat tidak jauh dari tempat duduknya.
Suasana malam tenang dan hening. Permukaan langit jernih tanpa mendung. Usaid tergerak untuk membaca ayat AI-Qur'an yang suci.
“Alif lam miim, Inilah Kitab (Alquran) yang tidak ada keraguan padanya; menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib yang menegakkan shalat, dan yang menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yang yakin akan adanya (kehidupan) akhirat." (QS. Al-Baqarah: 1-4).
Mendengar bacaan tersebut, tiba-tiba kuda yang sedang ditambat lari berputar-putar. Hampir saja tali pengikatnya putus. Ketika Usaid diam kuda itu diam dan tenang. Usaid melanjutkan lagi bacaannya...
“Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan merekalah orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 5).