REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al Khathib Al Baghdadi di dalam Tarikh Baghdad mengisahkan soal riwayat hidup Abu Thayyib, bahwa dia senantiasa mendoakan saudara-saudaranya. Bahkan, dia mempunyai 300 nama saudaranya yang selalu dia doakan setiap malam satu per satu.
Pada suatu malam, dia ketiduran dan lupa belum mendoakan mereka, maka dalam mimpinya dia didatangi seseorang yang berkata kepadanya, "Kamu belum menyalakan lampu-lampumu malam ini."
Maka, dia bangun menyalakan lampunya dan mengeluarkan kertas serta mendoakan 300 orang saudaranya satu per satu lalu tidur kembali.
Menurut Syekh Abdullah Ju'aitsan, dalam bukunya yang berjudul Meneladani Nabi dalam Sehari, sudah seharusnya kita mendoakan saudara-saudara kita, terlebih bagi siapapun yang mempunya hak atas diri kita. Misalnya, kedua orang tua dan orang yang memberikan nasihat, pembinaan, dakwah, atau taklim kepada kita.
"Tidak sepantasnya kita hanya mengambil manfaat (ilmu) dari para ulama dan para juru dakwah kita, lalu mereka tidak mendapatkan balasan apa pun selain ucapan terima kasih kita. Jangan begitu," tulis Syekh Abdullah.
Seharusnya, tulis Syekh Abdullah, kita mendoakan mereka tanpa sepengetahuan mereka, mmeberikan taufik kepada mereka, mengeluarkan mereka dari kesedihan, dan menolong mereka. "Demikian juga, kita hendaklah mendoakan Islam dan umat Islam," tulis Syekh Abdullah.