REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Nabi Sulaiman menuangkan rasa cinta yang begitu dalam kepada semua istrinya, termasuk Ratu Balqis. Namun demikian, rasa cinta yang mendalam Nabi Sulaiman hanya ditujukan kepada satu orang istrinya bernama Jaradah binti Shaidun.
Imad Al-Hilali dalam buku Ensiklopedia Wanita Alquran menjelaskan, melalui Jaradah binti Shaidun, Nabi Sulaiman mendapatkan ujian yang mendalam. Kisah mengenai Jaradah dengan Nabi Sulaiman bahkan diabadikan di dalam Alquran Surah Shad ayat 34-35.
Allah berfirman: “Wa laqad fatanna Sulaimana wa alqaina ala kursiyyihi jasadan tsumma anaaba. Qala Rabbighfirli wahabli mulkan laa yanbaghi li-ahadin min ba’di innaka antal-wahhab,”. Yang artinya: “Yakni Kami telah menguji (Sulaiman) dan Kami jadikan dia tergelatak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), dan kemudian dia bertaubat. Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkau lah Yang Mahapemberi,”.
Dijelaskan bahwa nama Jaradah binti Shaidun memang tidak secara eksplisit disebutkan di dalam ayat tersebut. Namun demikian Alquran telah mengisyaratkan namanya, bahkan dia pula yang menjadi penyebab fitnah bagi Nabi Sulaiman.
Diceritakan bahwa pada suatu hari Nabi Sulaiman mendengar di sebuah kota yang dikenal dengan Kota Shaidun, di sana terdapat seorang raja yang agung yang memimpin wilayah dengan menyembah berhala. Kemudian Nabi Sulaiman berangkat ke kota itu bersama bala tentaranya, baik dari kalangan jin maupun manusia. Setibanya di sana, Nabi Sulaiman dan pasukannya membunuh raja tersebut dan membawa semua kekayaan dari kerajaannya, termasuk seorang putri raja bernama Jaradah binti Shaidun.
Jaradah digambarkan sebagai seorang putri yang cantik jelita. Sehingga Nabi Sulaiman terpesona dan meminangnya. Jaradah pun memeluk Islam atas perintah Nabi Sulaiman. Karena Jaradah merupakan istri Nabi Sulaiman yang paling cantik di antara istri-istrinya, Nabi Sulaiman pun paling mencintai Jaradah.
Setelah menikah, Jaradah masih sering murung dan bersedih. Dia bersedih karena mengingat ayah dan kerajaannya yang musnah. Nabi Sulaiman pun tanpa berpikir panjang segera membuatkan patung ayah Jaradah yang dia minta dengan memerintahkan setan.
Sehingga setelah patung itu telah selesai dibuat, Jaradah bisa melihatnya secara langsung. Meski patung tersebut tidak memiliki ruh, Jaradah bahkan memakaikan baju kepada patung terssebut dengan atribut lengkap hingga memaikankan ikat kepala. Semua atribut dan pakaian yang dipakaikan Jaradah kepada patung itu mirip dengan apa yang biasa dikenakan ayahnya semasa hidup.
Namun demikian sewaktu Nabi Sulaiman pergi, Jaradah mengajak putra pelayan perempuannya untuk bersujud kepada patung ayahnya itu. Hal itu sama seperti yang dilakukannya sewaktu di kerajaannya terdahulu. Begitulah ia melakukan kemungkaran di rumahnya setelah selama empat puluh tahun.
Sedangkan suaminya, Nabi Sulaiman, tidak mengetahuinya sedikit pun sampai akhirnya seorang kawannya bernama Ashif bin Barkhiya melaporkan hal itu. Ia pun menyampaikan kepada Nabi Sulaiman dengan berkata: “Ya Nabiyyallah, selama 40 tahun ada sesuatu selain Allah yang disembah di rumahmu,”.
Saat itu pula, ia pulang ke rumahnya dan memecahkan patung ayah istrinya. Tak hanya itu, Nabi Sulaiman juga menghukum istri dan para pelayannya yang telah menyembah patung yang dibuat setan tersebut. Lantas atas peristiwa itu, Nabi Sulaiman memohon ampunan kepada Allah SWT.