Rabu 28 Apr 2021 13:36 WIB

Mengupas Kampanye dan Metode Baca Alquran

Ada banyak metode membaca Alquran

Rep: Zainur mahsir Ramadhan/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah santri bertadarus (membaca Alquran)
Foto: Prayogi/Republika.
Sejumlah santri bertadarus (membaca Alquran)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ada banyak metode membaca Alquran. Metode tersebut juga cenderung berinovasi dari waktu ke waktu. Termasuk, kampanye untuk membaca Alquran yang cukup bervariasi di beberapa negara.

Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kemenag, Muchlis M Hanafi mengatakan di Indonesia sendiri ada banyak metode kampanye membaca Alquran, mulai dari Maghrib mengaji dan upaya MUI dalam memberantas buta huruf Alquran.

‘’Sedangkan di negara lain berbeda. Di Maroko misalnya, punya kebiasaan baca Alquran bersama-sama di masjid setelah sholat subuh, dzuhur dan ashar dengan suara keras dan bacaan (maqra) yang sama,’’ ujar dia kepada Republika, Rabu (28/4).

Lebih jauh, menurut dia, berbagai tradisi dan kampanye membaca Alquran  itu kerap kali diiringi oleh metode pembacaan Alquran. Dia tak menampik, di dunia ini ada banyak metode untuk mempermudah publik membaca Alquran. Mulai dari Iqra, qiraati dan lainnya, seperti yang populer di Indonesia.

‘’Itu terbukti sangat membantu bagi para pemula dalam membaca Alquran,’’ lanjut dia.

Sejauh ini, metode baca Alquran semakin berkembang dari waktu ke waktu. Sebut saja pada tahun 1963, saat K.H. Dachlan Salim Zarkasyi (1928-2000), menemukan dan menyusun metode Qiroati. Pada saat itu, buku panduannya berjumlah 10 jilid.

Dikatakan, lahirnya metode ini bermula dari cara pengajaran pembacaan Alquran yang cenderung asal-asalan. Bahkan, jauh dari kandungan tajwid dan lainnya.

Beranjak ke metode paling terkenal, Iqra, semakin menyebar dan dikenal publik luas. Karya dari metode ini disusun oleh K.H. As’ad Humam (1933-1996). Berdasarkan pemaparan, pencetusan metode ini dilakukannya setelah bertemu dengan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi, selaku pencetus metode Qiraati.

Berdasarkan catatan Republika, K.H. As’ad Humam dikatakan bahwa beliau sempat belajar kepada K.H. Dachlan sebelum mencetuskan metode tersebut.

Lebih jauh, ada metode an-Nahdliyah yang disusun oleh K.H Munawir Kholid bersama rekannya. Awalnya, penyusunan metode ini demi menemukan metode cepat belajar baca Alquran yang lebih khas dengan nuansa NU.

Metode ini sempat berubah nama sebanyak tiga kali. Meskipun, metode pembacaannya tetap 6 jilid. Dikatakan, ciri khas dari metode pengajaran ini adalah menggunakan tongkat untuk menjaga irama bacaan agar sesuai panjang pendek bacaannya.

Seiring waktu, Ustaz Achmad Farid Hasan, mulai mencetuskan metode lancar baca Alquran 30 menit. Ustadz Ahmad sempat menjelaskan, metode yang diajarkannya ini lain daripada yang lain. Namun demikian, dia menambahkan, setelah pengajaran ini, para peserta harus kembali belajar di rumah masing-masing untuk melancarkannya.

"Seharian kan banyak praktiknya, nantinya tidak tergantung guru. Tapi belajar sendiri dengan bacaan yang benar," ucapnya saat berkunjung ke Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement