Isi kandungan Alquran pun memiliki banyak puisi daripada hukum yang menetapkan norma dan etika dalam hidup sesama makhluk. Pemaksaan hanya diperbolehkan untuk membela diri bukan untuk menyebarkan agama. Ini disampaikan dalam Surat al-Baqarah ayat 256:

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Selain itu, segala jenis transaksi komersial, baik sesama Muslim maupun non-Muslim, harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tidak pernah berlebihan. Sementara itu, poligami seperti yang dilakukan orang Ibrani kuno dan Mormon asli dilakukan dengan cara harus sangat menghormati wanita.

Baca juga : Bolehkah Baca Alquran Saat Jam-Jam Aktif Kerja?

Faktanya, mas kawin yang dibayarkan kepada keluarga suami oleh keluarga mempelai wanita di Eropa dibayarkan dalam Alquran langsung kepada mempelai wanita dan dia tetap mempertahankan hak mempelai wanita. Ini bahkan jika suaminya menceraikannya atau jika dia menceraikannya.

 “Alquran adalah kitab dengan berbagai tingkatan dan kedalaman yang luar biasa. Bahkan, non-Muslim dapat belajar darinya, seperti yang Paus Fransiskus nyatakan,” ucap dia. 

Sumber: youtube

Ikuti Whatsapp Channel Republika