REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Asad pertama kali berjumpa dengan dunia Muslim pada tahun 1922 ketika ia melakukan perjalanan ke Palestina atas undangan pamannya, Dorian, seorang psikiater dan salah satu murid Freud.
Itu adalah masa pergolakan politik dan perselisihan di Palestina. Zionis sedang melobi untuk sebuah bangsa Yahudi - terkadang dengan kekerasan. Puluhan ribu orang Yahudi bermigrasi ke Palestina dari Rusia dan tempat lain, mengubah demografinya.
Tetapi bagi Asad, tampak bahwa orang Badui Arab Muslim setempat dengan kejujuran, kesederhanaannya, dan unta serta kampnya lebih dekat dengan karakter Ibrani yang dia pelajari sebagai anak laki-laki dalam Perjanjian Lama daripada seorang Yahudi Eropa modern.
Dalam beberapa kesempatan, Asad menghadapi para pemimpin Zionis seperti Dr Chaim Weizmann, mendorong mereka untuk menjelaskan bagaimana orang Yahudi dapat mengklaim memiliki lebih banyak hak daripada orang Arab Palestina yang telah tinggal di wilayah tersebut selama dua ribu tahun.
“Anti-Zionisme Asad sangat mengakar. Itu bukanlah sesuatu yang dia adopsi agar lebih diterima oleh Muslim," kata Martin Kramer, sejarawan Israel, yang telah menulis tentang Asad.
(Baca: Kisah Muhammad Asad Jatuh Cinta pada Islam bagian pertama)