REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam memerintahkan kaum Muslimin pergi ke Tabuk, yang berjarak 600 km dari Madinah. Abu Dzar Alghifari ikut serta dalam rombongan itu.
Di tengah perjalanan, Abu Dzar terpisah dari rombongan. Ia meneruskan perjalanan itu dengan cuaca gurun yang begitu panas. Dalam keadaan haus, Abu Dzar menemukan sebuah tempat tebuh di antara bebatuan. Di sana terdapat sedikit air. Ia ambil kantong kulit, ia simpan air tersebut. Bergegaslah Abu Dzar mengejar saudara-saudaranya yang telah menjauh.
Rasulullah dan para sahabat dari kejauhan melihat kehadiran Abu Dzar. Rasulullah melihatnya begitu kepayahan. Sahabat lantas segera menolong Abu Dzar yang tampak lemah. Tenaganya terkuras dan kehausan. Rasulullah lalu menyuruh memberikan minum secepatnya, tetapi Abu Dzar berkata," Aku punya air.
"Wahai Abu Dzar!engkau mempunyai air tetapi engkau hampir mati kehausan," kata Rasulullah.
"Memang ya Rasulullah. Ketika mencicipi air ini, saya menolak meminumnya, sebelum engkau terlebih dahulu juga meminumnya," kata Abu Dzar.
Sayyid Sabiq, ulama dari Mesir menyatakan mencintai rasulullah merupakan fenomena kecintaan terhadap Allah. Sebab, beliaulah pembawa wahyu, pembawa risalah, yang membimbing manusia kepada kebenaran dan petunjuk kepada jalan yang lurus, yakni jalan Allah, pemilik segala yang ada di langit dan bumi.