Selasa 20 Apr 2021 10:11 WIB

Kritik Sarjana Muslim Al Biruni kepada Ilmuwan Hindu India

Al Biruni melakukan rihlah ilmiah hingga ke wilayah India pada masa itu

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Al Biruni melakukan rihlah ilmiah hingga ke wilayah India pada masa itu. Sains Islam (ilustrasi)

Alhasil, Sang Penulis mencatat berbagai macam informasi yang diterimanya mengenai India dan masyarakatnya. Akan tetapi, dalam penyajiannya ia menjelaskan, mana yang dapat dipercaya sebagai fakta historis dan mana yang patut diragukan kebenarannya.

Metode yang dipakainya itu tak ubahnya seorang sejarawan profesio nal masa kini. Memang, lanjut Khan, ilmuwan yang namanya kini diabadikan sebagai sebuah kawah di bulan itu membedakan antara penyelidikan ilmiah dan sejarah. Dalam melakukan yang pertama itu, seorang saintis dapat bersikap sepenuhnya objektif. Sebab, objek kajiannya dapat diidentifikasi secara empiris. Berbeda dengan penelitian sejarah.

Di dalamnya, tidak ada ruang untuk merasionalkan fenomena-fenomena yang ditemukan, sekalipun melalui pendekatan filosofis. Karena itu, menurut al-Biruni, metode yang pas untuk menulis historiografi di samping kronologi ialah komparasi. Cara itu pula yang dipilihnya ketika menulis tentang perbandingan agama-agama serta aneka bangsa dan masyarakat. 

Dengan demikian, dia dapat sampai pada kesimpulan yang paling mendekati kebenaran. Tak mengherankan bila dunia modern pun menggelarinya sebagai Bapak Ilmu Perbandingan Agama dan Bapak Sosiologi Komparatif. 

Maka dari itu, dalam meneliti India pun ia membandingkannya dengan peradaban atau kebudayaan lain yang pernah dipelajarinya. Sebut saja, Yunani Kuno, Majusi (Zoroastrian), Kristen, Yahudi, Maniisme, dan Sufisme. Dalam pengamatannya, kebudayaan India tak jauh berbeda dengan beberapa dari tradisi-tradisi tersebut. Sebagai contoh, panteisme juga ditemukan dalam kepercayaan Hindu dan Yunani.

Komparasi juga dilakukannya ketika menjelaskan fenomena kasta dalam masyarakat India. Menurut dia, pola yang sama juga ditemukan pada bangsa Persia, yang meyakini bahwa manusia terbagi ke dalam strata sosial sejak lahir. Tentunya al-Biruni tidak melewatkan topik sumbangsih peradaban India bagi khazanah ilmu pengetahuan. 

 

Contoh utamanya adalah sistem angka India yang dibaca secara deretan, dari kiri ke kanan. Sistemanka, demikian namanya, jauh lebih praktis dibandingkan sistem bilangan Romawi.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement