REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada empat kisah yang terkandung di dalam surat Al Kahfi. Masing-masing kisah ini ternyata menyembunyikan pelajaran yang jarang diketahui banyak Muslim.
Kisah pertama, ada di dalam ayat 9-20 yang dikenal dengan kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini menceritakan tentang tujuh pemuda yang berserah diri kepada Allah SWT untuk menyelamatkan agamanya.
Mereka melakukan hal itu untuk menjauh dari raja yang zalim dan kafir. Raja ini berjalan dengan penuh kesombongan dan bersikap tidak adil, serta menekan orang-orang yang menyembah kepada Allah SWT. Jika mereka tidak bersembunyi, bisa jadi mereka dibunuh.
Karena itu, tujuh pemuda itu pun terpaksa mengasingkan diri karena tidak mendapat tempat bagi orang-orang beriman seperti mereka. Mereka mengasingkan diri ke gua untuk mencari pertolongan Allah SWT dan berserah diri pada-Nya, memohon petunjuk-Nya dan kasih sayang-Nya.
Mereka tidur dalam gua tersebut dan terbangun setelah sekian lama selama berabad-abad. Setelah terbangun itulah, musuh dan harta kekayaan mereka pun sudah tidak ada lagi.
Kisah tersebut mengajarkan tentang upaya para pemuda untuk melakukan perubahan di daerahnya yang telah rusak. Mereka tidak mampu mengajak orang-orang kala itu untuk beriman kepada Allah SWT dengan lisannya atau bahkan dengan tangannya.
Namun mereka tetap berupaya mengajak orang-orang untuk beriman kepada Allah SWT dengan menggunakan hatinya. Ini sesuai sabda Nabi SAW terkait dakwah dengan hati, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.
Kisah kedua, adalah tentang pemilik dua kebun dan sahabatnya. Dikisahkan bahwa pemilik dua kebun itu diberikan keberlimpahan harta, sedangkan sahabatnya hidup dalam kemiskinan. Namun meski miskin, dia mendapat nikmat iman kepada Allah SWT.
Sedangkan temannya, yang punya dua kebun itu, memiliki banyak harta dan pengikut. Lalu dia bersikap sombong dengan mengejek sahabatnya yang miskin itu karena tidak punya harta yang lebih banyak dan pengikut.
Si miskin berusaha mengingatkannya agar beriman kepada Allah SWT, tetapi pada akhirnya si kaya itu tenggelam di kebun miliknya. Kisah ini terdapat pada ayat 32-44 surat Al Kahfi.
Salah satu hikmah dari kisah itu yaitu mengenai cara si miskin mengingatkan sahabatnya itu dengan bujukan dan persuasif. Ini adalah cara kedua dalam membuat perubahan ke arah yang diridhoi Allah SWT, seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, yaitu dakwah dengan lisan.
Kisah ketiga, surat Al Kahfi ayat 60-82 mengisahkan tentang pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir. Dari kisah mereka, kita dapat mengetahui Nabi Musa yang ingin haus akan ilmu pengetahuan dan rela menanggung kesulitan untuk meraih itu.
Musa adalah Nabi, utusan Allah SWT, tetapi, dia tetap punya ketertarikan untuk mempelajari sains yang ada dalam realitas kehidupan nyata. Dia ingin melihat dengan matanya sendiri ilmu yang digunakan oleh orang saleh.
Kisah keempat, adalah tentang Dzul Qarnain, sebagaimana dalam ayat 83-98. Kisah ini menggambarkan puncak dari upaya perdamaian dan perubahan. Di tangan Dzul Qarnain, perubahan dan perdamaian dapat terjadi, di muka Bumi sekalipun.
Dalam kisah itu disebutkan bahwa Allah SWT memberinya kebijaksanaan, kekuatan dan pengetahuan. Dzul Qarnain berkeliling dunia bersama pasukannya, mengajak umat manusia beriman kepada Allah SWT.
Meski dilimpahkan kebijaksanaan di muka Bumi, Dzul Qarnain, tidak sombong dan tetap memerintah secara adil dan bijaksana. Penaklukan yang dia lakukan hanya demi berdakwah di jalan Allah SWT. Dia juga tidak mengambil keuntungan dari orang lain dan kelompok yang ditemuinya. Semua orang diperlakukan dengan adil.
Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang menyebut, jika tidak melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Seolah-olah kisah Dzul Qarnain dalam ayat tersebut merupakan hasil nyata dari hadits Nabi SAW itu.
Sumber: alukah