Kamis 01 Apr 2021 05:36 WIB

Eropa Usut Kasus Pembekuan Darah Terkait Vaksin AstraZeneca

Kasus pembekuan darah terkait vaksin AstraZeneca diusut Eropa.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Hafil
Eropa Usut Kasus Pembekuan Darah Terkait Vaksin AstraZeneca. Foto: Alat suntik vaksin AstraZeneca COVID-19 (ilustrasi).
Foto: AP/Alberto Pezzali
Eropa Usut Kasus Pembekuan Darah Terkait Vaksin AstraZeneca. Foto: Alat suntik vaksin AstraZeneca COVID-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Regulator obat-obatan Eropa mengatakan, sejauh ini belum ada keterkaitan antara faktor risiko seperti usia, jenis kelamin atau riwayat penyakit dengan laporan kasus pembekuan darah setelah inokulasi vaksin Covid-19 dari AstraZeneca. Namun European Medicines Agency (EMA) akan mendalami penyelidikan untuk mempelajari kasus-kasus yang dilaporkan.

Pernyataan EMA muncul setelah beberapa negara termasuk Kanada, Jerman, Prancis, dan Spanyol membatasi penggunaan suntikan vaksin AstraZeneca untuk populasi tertentu yang berisiko tinggi. Negara-negara tersebut melarang penggunaan vaksin AstraZeneca pada lansia dan pekerja esensial.

Baca Juga

EMA menegaskan kembali bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya. Tetapi EMA juga memperingatkan bahwa setiap orang harus waspada terhadap "kemungkinan kecil" terjadinya pembekuan darah, meskipun peluangnya sangat kecil. EMA mengimbau apabila ada yang mengalami pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca, maka harus segera mencari pertolongan medis.

"Hubungan kausal dengan vaksin tidak terbukti, tetapi mungkin dan analisis lebih lanjut terus berlanjut," kata EMA dalam sebuah pernyataan.

Investigasi oleh regulator Eropa dan beberapa otoritas nasional lainnya terus dilakukan. Berdasarkan penyelidikan awal, vaksin AstraZeneca dianggap aman untuk digunakan.

Komite keamanan EMA sedang memeriksa penilaian tentang efek suntikan vaksin AstraZeneca. Komite tersebut juga mengadakan pertemuan dengan para ahli untuk mempelajari lebih lanjut kasus-kasus yang dilaporkan terkait dengan vaksin yang dikembangkan bersama dengan Universitas Oxford.

Denmark telah menangguhkan pemberian suntikan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca selama dua minggu setelah ada laporan kasus pembekuan darah, termasuk satu kematian di Denmark pada Kamis (11/3).

Pihak berwenang tidak merinci berapa banyak laporan kasus pembekuan darah yang terjadi, namun vaksin AstraZeneca akan ditangguhkan selama 14 hari.

"Kami dan Badan Obat-obatan Denmark harus menanggapi laporan kemungkinan efek samping yang serius, baik dari Denmark dan negara-negara Eropa lainnya," kata Direktur Otoritas Kesehatan Denmark, Soren Brostrom.

Sebelumnya, Austria telah menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca karena terjadi kematian akibat gangguan koagulasi dan penyakit akibat emboli paru-paru. Austria kini sedang menyelidiki penyebab kematian tersebut.

AstraZeneca mengatakan bahwa produknya telah mengikuti kontrol kualitas yang ketat dan tidak ada kejadian merugikan serius yang dikonfirmasi terkait dengan vaksin. EMA telah melakukan kontak dengan otoritas Austria dan mendukung penuh penyelidikan mereka. EMA mengatakan, sejauh ini tidak ada bukti yang menghubungkan AstraZeneca dengan dua kasus di Austria.

Sejauh ini ada 22 kasus gumpalan darah pada orang yang telah menerima vaksin AstraZeneca yang dilaporkan di antara 3 juta orang yang menerima vaksin serupa per 9 Maret. Badan Obat Denmark mengatakan telah meluncurkan penyelidikan terhadap vaksin bersama dengan badan terkait di negara-negara Uni Eropa lainnya serta EMA.

“Penting untuk ditekankan bahwa kami belum memilih untuk tidak menggunakan vaksin AstraZeneca, tetapi kami akan menahannya,” kata Brostrom.

Empat negara lain seperti Estonia, Lithuania, Luksemburg dan Latvia telah menghentikan inokulasi AstraZeneca sementara penyelidikan masih berlanjut. AstraZeneca telah mengirimkan satu juta dosis vaksin tahap pertama ke 17 negara di Uni Eropa. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement