REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malam Nisfu Sya'ban yang jatuh pada Ahad (28/3) malam, telah dilewati kaum Muslimin. Meski begitu, sebagian masyarakat Muslim masih mempersoalkan ihwal hukum melaksanakan amalan ibadah di malam tersebut. Untuk itu, bagaimana latar belakang adanya amalan ibadah di malam Nisfu Sya'ban?
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Sholahudin Al-Aiyub menjelaskan, terdapat hadits yang menyebut di pertengahan bulan Sya'ban, Allah SWT melihat amalan hamba-Nya dan Allah SWT memberikan ampunan dan mengabulkan doa-doa orang yang bermunajat kepada Allah SWT.
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila telah datang malam Nisfu Sya'ban, maka ber-qiyamullail-lah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. Sesungguhnya (rahmat) Allah turun pada malam itu ke langit yang paling bawah ketika terbenamnya matahari, kemudian Allah menyeru, 'Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni. Siapa yang meminta rezeki, akan Aku limpahkan rizqi kepadanya. Siapa yang sakit, akan Aku sembuhkan'. Dan hal-hal yang lain sampai terbitnya fajar." (HR Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah)
Dalam hadits lain dari jalur Mua'dz bin Jabal RA, "Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT memperhatikan hamba-Nya (dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Sya'ban, kemudian Dia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyahin (orang yang hatinya ada kebencian antarsesama umat Islam)." (HR Thabrani, Daruquthni, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah, Al-Baihaqi, dan Al-Bazzar)
Kemudian, para ulama dahulu di wilayah nusantara, menjelaskan tentang amalan yang bisa dilakukan pada malam Nisfu Sya'ban. Para ulama kala itu kemungkinan melihat terlebih dulu amalan yang familiar atau yang biasa dilakukan di tengah masyarakat. Salah satu amalan yang familiar adalah membaca surat Yasin.