Rabu 24 Mar 2021 22:29 WIB

Mengapa Ada 2 Adzan untuk Sholat Jumat? Ini Penjelasannya

Adzan dua kali dalam sholat Jumat berlaku sejak Utsman bin Affan

Adzan dua kali dalam sholat Jumat berlaku sejak Utsman bin Affan. Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Adzan dua kali dalam sholat Jumat berlaku sejak Utsman bin Affan. Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustadz Yusuf Suharto*

Bagi setiap Muslim yang mukallaf, sehat serta menetap atau berdomisili di suatu daerah adalah fardhu ain untuk melaksanakan sholat Jumat. 

Baca Juga

Mayoritas kaum Muslimin di Indonesia melaksanakan ibadah sholat Jumat dengan seruan adzan dua kali. Praktik ini mengacu pada inisiatif khalifah ketiga, Sayyidina Utsman ibn Affan, tanpa ada sanggahan dari para sahabat lainnya. Sehingga disimpulkan telah terjadi ijmak sahabat.  

Memang pada masa Rasulullah, Abu Bakr dan Umar, adzan Jumat dilaksanakan sekali saja, sebagaimana riwayat berikut ini: 

عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ابْنِ أُخْتِ نَمِرٍ قَالَ: لَمْ يَكُنْ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا مُؤَذِّنٌ وَاحِدٌ فِي الصَّلَوَاتِ كُلِّهَا فِي الْجُمُعَةِ وَغَيْرِهَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ، قَالَ: كَانَ بِلَالٌ يُؤَذِّنُ إِذَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيُقِيمُ إِذَا نَزَلَ، وَلِأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا حَتَّى كَانَ عُثْمَانُ [رواه أحمد]

“Diriwayatkan dari as-Saib bin Yazid anak saudara perempuan Namir, ia berkata: Rasulullah SAW dahulu tidak memiliki selain satu muazin di dalam semua sholat, baik pada hari Jumat maupun lainnya, yang bertugas adzan dan iqamah. Ia berkata: Bilal dahulu adzan apabila Rasulullah SAW duduk di atas mimbar pada hari Jumat dan iqamah apabila beliau turun, dan (dia juga melakukan seperti itu) untuk Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhu sehingga (zaman) Utsman” [HR Ahmad] 

Kemudian riwayat bahwa Sayyidina Utsman menambah satu adzan lagi adalah sebagai berikut:  

عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ: كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ [رواه البخاري].

“Diriwayatkan dari as-Saib bin Yazid, ia berkata: “Adzan pada hari Jumat awalnya dahulu ialah apabila imam telah duduk di atas mimbar pada masa Nabi SAW, Abu Bakr, dan Umar RA. Namun ketika Utsman RA (menjadi Khalifah) dan orang-orang bertambah banyak, beliau menambah adzan ketiga di az-Zaurak (suatu tempat di pasar Madinah).” [HR al-Bukhari] 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement