Kamis 18 Mar 2021 19:54 WIB

Memahami Isra Miraj (1)

Umat Islam baru saja memperingati Isra Miraj.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi Isra Miraj
Foto: MGIT03
Ilustrasi Isra Miraj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Muslim di berbagai belahan dunia memperingati peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad pada 27 Rajab 1442 Hijriah yang bertepatan pada 11 Maret 2021. Namun demikian masih banyak yang tidak mengetahui tentang apa yang terjadi dalam peristiwa itu.

Pakar ilmu Al Quran yang juga pengasuh pesantren Dar Al Quran Arjawinangun Cirebon, KH Ahsin Sakho Muhammad menjelaskan Isra Miraj terjadi pada diri Nabi Muhammad setahun sebelum peristiwa hijrahnya Rasulullah. Isra yaitu Rasulullah diperjalankan Allah pada suatu malam dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Yerusalem dengan menunggang buraq yang merupakan tunggangannya para nabi. Tujuannya untuk diperlihatkan sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keterangan ini sebagaimana tertulis pada ayat 1 surat Al Isra.

Baca Juga

Memang terdapat perbedaan pendapat para ulama apakah Rasulullah Isra dan Miraj itu jasad dan ruh atau ruh saja. Namun KH Ahsin mengatakan jumhur ulama berpendapat bahwa Rasulullah di Isra dan di Mirajkan oleh Allah baik jasad dan ruhnya.  

"Kalau yang memperjalankan itu Allah tidak ada sesuatu yang mustahil. Bagi kita mungkin jauh banget, tapi hal-hal yang berkaitan gaib itu tidak bisa diukur oleh logika akal manusia. Seperti yang dilakukan Allah kepada kaum Ad, Tsamud, Firaun, itu kalau sudah fi'lul rabb, yang melakukan Allah, sudah tidak bisa diukur dengan logika akal manusia, tapi harus melalui iman," kata kiai Ahsin kepada Republika beberapa hari lalu.

Lebih lanjut kiai Ahsin menjelaskan ketika Rasulullah sampai di Masjidil Aqsha, Rasulullah bertemu dengan para nabi dan rasul terdahulu. Pertemuan ini terjadi secara ruhani. Nabi pun melaksanakan shalat bersama para nabi dan rasul terdahulu. Menurut kiai Ahsin bertemunya Rasulullah dengan para nabi dan rasul sebelumnya memiliki makna bahwa Islam adalah agama tauhid yang dibawa oleh para nabi dan rasul terdahulu. Selain itu Rasulullah yang memimpin shalat para nabi dan rasul terdahulu di Masjid Al Aqsa menunjukan bahwa Rasulullah adalah pemimpin para nabi dan rasul.  

"Bertemu (dengan para nabi dan rasul terdahulu) maksudnya, (seolah nabi berkata) saya akan memberi tahukan kepada anda utusan-utusan Allah, saya mendapat panggilan dari Allah, saya dapat undangan khusus dari Allah. Jadi ada makna wahdatul adiyan artinya agama Islam itu agama tauhid, agama yang dibawa para nabi terdahulu dan ini membuktikan bahwa nabi Muhammad adalah sayidul ambiya wal mursalin," katanya.

Lalu mengapa al Aqsha menjadi tempat di muka bumi yang dipilih sebagai tempat transit Rasulullah sebelum ke Sidratul Muntaha? Kiai Ahsin menjelaskan sebab Al Aqsha sendiri merupakan masjid yang sangat mulia dan diberkahi. Sebagian ulama berpendapat Al Aqsha dibangun nabi Adam setelah membangun Masjidil Haram dengan jarak pembangunan sekitar 40 tahun. Selain itu karena al Aqsha menjadi tempat diturunkannya para nabi-nabi terdahulu seperti Ibrahim, Ishak, Yakub dan Musa.    

Sementara itu Prof KH Ahmad Satori Ismail menjelaskan dari Al Aqsha, kemudian Rasulullah dinaikan ke Sidratul Muntaha. Peristiwa inilah yang disebut dengan Miraj. Mjrajnya Rasululah juga dilakukan baik jasad dan ruhnya. Menurut Prof Satori di antara tujuan Isra dan Miraj adalah untuk menghibur Rasulullah. Sebab pada tahun kesepuluh kenabian merupakan tahun kesedihan, di mana Rasululah di tinggal Abu Thalib dan Khadijah. Pada sisi lain kaum kafir Quraisy semakin menekan dan menindas nabi di Mekkah. "Kaum kafir quraisy saat itu betul-betul menindas Rasulullah sehingga kedudukan Rasulullah sempit sekali di kota Mekkah. Maka kemudian Allah memberikan Isra dan Miraj untuk menghibur rasul bahwa engkau Muhammad di dunia sempit (karena ditekan kaum kafir Quraisy),  tapi di alam malakut engkau disambut dalam keadaan luas," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement