Ayat ini memberikan pelajaran kepada kita kaum Muslimin, apabila berjanji untuk melakukan sesuatu hendaklah mengucapkan insya Allah. Segala sesuatu yang sekalipun sudah direncanakan dengan sangat rapi tidak akan telaksana tanpa adanya izin dari Allah SWT.
Setelah segala macam usaha menghentikan dakwah Muhammad gagal, maka pemuka kaum Quraisy berkumpul di perkampungan Bani Kinanah di lembah Mukhashab merundingkan langkah apa lagi yang akan dilakukan untuk menghentikan Muhammad. Sekarang mereka tidak hanya berhadapan dengan Muhammad dan orang-orang yang sudah beriman dengannya, tapi juga berhadapan dengan seluruh anggota Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang sudah bersepakat melindungi Muhammad, anggota suku mereka sekalipun mereka tidak percaya dengan ajaran yang dibawa Muhammad.
Pertemuan di Lembah Mukhashab ini menyepakati melakukan pemboikotan total terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib sampai mereka bersedia menyerahkan Muhammad untuk dibunuh. Mereka bersumpah tidak melakukan hubungan pernikahan, jual beli, berteman, berkumpul, memasuki rumah, dan berbicara dengan mereka.
Mereka menuliskan pemboikotan itu dalam sebuah papan Piagam kemudian menggantungnya di dalam Ka’bah. Dalam keyakinan kaum Quraisy tentu Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang tidak beriman dengan Muhammad akan goyah karena mereka tentu tidak akan mau menanggung penderitaan akibat pemboikotan ini.
Dengan demikian Bani Hashyim dan Bani Muthalib akan terbelah sehingga akhirnya kekuatan mereka melemah. Tapi rupanya keyakinan mereka itu meleset, Bani Hasyim dan Bani Muthalib tetap bersatu membela Muhammad sekalipun harus menderita. Yang tidak setuju hanya satu orang, yaitu Abu Lahab yang memang sejak awal memusuhi dan menentang dakwah Nabi.