REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agama Yahudi, Nasrani, dan Islam dikenal dengan sebutan agama Samawi, yakni agama yang menganut kepercayaan terhadap monoteisme. Demikian, terdapat sebuah peristiwa antara pendeta Yahudi dengan Nasrani yang saling berdebat mengenai agama Nabi Ibrahim AS.
Imam As-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul menjelaskan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq. Hadits ini dijelaskan dengan sanad yang berulang-ulang dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Orang-orang Nasrani Najran dan pendeta-pendeta Yahudi berkumpul kepada Rasulullah SAW. Kemudian, mereka saling berselisih di hadapan Nabi,”.
“Berkata para pendeta Yahudi: ‘Tidaklah Ibrahim kecuali seorang yang beragama Yahudi’. Orang-orang Nasrani pun berkata: ‘Tidaklah Ibrahim kecuali ia adalah seorang yang beragama Nasrani’.
Menanggapi peristiwa ini, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 65: “Ya ahlal-kitabi lima tuhaajjuna fii Ibrahima wa maa unzilati at-tauraatu wal-injilu illa min ba’dihi afala ta’qilun,”. Yang artinya: “Wahai Ahli Kitab, mengapa kalian bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan setelah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?”
Imam As-Suyuthi menjelaskan Al-Qurthubi berpendapat, ayat tersebut diturunkan sebab pengakuan setiap kelompok dari orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwasannya Nabi Ibrahim adalah seorang Nabi dari agama mereka. Maka, Allah mengingkari mereka dengan menjelaskan Yahudi dan Nasrani adalah dua agama yang datang setelah Nabi Ibrahim.