Ahad 14 Mar 2021 20:07 WIB

Saat Ulama Lakukan Kesalahan, Apa Sikap yang Kita Ambil? 

Ulama juga manusia berpotensi melakukan kesalahan

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ulama juga manusia berpotensi melakukan kesalahan. Ilustrasi ulama
Foto:

Ketiga, berpikir positif kepada para ulama. Dalam sebuah riwayat, Umar bin Khattab RA berkata,

لا تظن بكلمة خرجت من أخيك المؤمن شراً وأنت تجد لها في الخير محملاً "Jangan kamu anggap sebuah ucapan yang keluar dari saudara mukminmu adalah keburukan, padahal kamu dapat menjadikan ucapan tersebut dalam anggapan yang baik."

Imam adz-Dzahabi mengatakan, “Jika setiap kali seorang ulama (kaum Muslimin) salah berijtihad dalam suatu permasalahan yang bisa dimaafkan kita bidahkan dan kita jauhi, maka tidak ada seorang pun yang selamat, apakah itu Ibnu Nashr, Ibnu Mandah, atau orang yang lebih hebat dari keduanya sekalipun. Allah yang memberi petunjuk kebenaran kepada makhluk-Nya, dan Dia adalah dzat Yang Mahapenyayang. Kami berlindung kepada Allah dari hawa nafsu dan perangai yang kasar.”

Dia juga berkata, “Dan jika setiap orang-orang yang salah berijtihad kita tahdzir dan kita bidahkan, padahal kita mengetahui bahwa dia memiliki iman yang benar dan berusaha keras mengikuti kebenaran, maka amat sedikit ulama yang selamat dari tindakan kita. Semoga Allah merahmati semuanya dengan karunia dan kemuliaan-Nya”.

Keempat, tidak mencari kesalahan-kesalahan dan menebar kesalahan ulama. Kita harus menghindari teman yang sengaja mencari-cari kesalahan para ulama. Sementara, perkataan mereka tidak bisa diandalkan.

 

Imam adz-Dzahabi berkata dalam terjemahan Ibn Abi Dzib, “Bagaimanapun, perkataan teman tentang beberapa di antaranya tidak dapat diandalkan, maka diketahui bahwa terjadinya hal ini di antara teman sebaya adalah hal yang patut dicela di antara mereka.” 

Kelima, membantah ulama yang salah hendaklah dengan niat saling menasihati. Imam Al-Nawawi berkata, “Orang yang tidak setuju tentang hal itu tidak menyangkalnya, tetapi jika dia menasihatinya untuk keluar dari perselisihan, maka dia adalah orang yang baik dan dicintai yang diutus untuk melakukannya dengan lembut.”

Sedangkan Ibn Qudamah al-Maqdisi berkata, “Tidak ada yang harus menyangkal orang lain untuk mengikuti doktrinnya, karena tidak ada penyangkalan terhadap mujtahid.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement