REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah SAW memberitahukan informasi bahwa sesungguhnya kebencian kepada Allah SWT adalah hal yang merantai manusia akibat menanggalkan keimanan. Sementara, iman malaikat selalu konsisten, maka tak heran jika malaikat melaknat dan membenci golongan-golongan manusia tertentu.
Dilansir di Islamweb, Kamis (4/3), tak diragukan lagi bahwa atas keimanan yang konsisten, maka malaikat dapat melaknat manusia atau menjatuhkan laknatnya terhadap golongan tertentu sehingga tidak semua keturunan Nabi Adam dikutuk dan dilaknat malaikat. Namun, untuk dapat melaknat manusia tertentu, para malaikat meminta izin terlebih dahulu kepada Allah dan diterima.
Pertama, para malaikat mengutuk orang yang menyembunyikan pengetahuan dan hukum syariat. Yakni, apa yang disampaikan bagi para ahli ilmu dan hukum berkebalikan dengan apa yang ada dalam syariat. Allah SWT berfirman dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 159:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
“Innalladzina yaktumuna maa anzalna minal-bayyinaati wal-huda min ba’di maa bayyannahu linnasi fil-kitaabi. Ulaika yal’anuhumullahu wa yal-anuhumulla’inuna.”
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.”
Dijelaskan bahwa ayat tersebut berisi tentang peringatan atas janji Allah yang tegas dan pasti kepada orang-orang yang menyembunyikan yang hak atas syariat. Orang-orang yang berpengetahuan tidak boleh melakukan penyimpangan atas ilmu yang ia miliki.
Baca juga : Benarkah Malaikat Protes Penciptaan dan Kepemimpinan Adam?
Kedua, malaikat melaknat orang-orang yang mengutuk/menista sahabat Nabi. Sebab, para sahabat Nabi adalah orang-orang yang mendapatkan keridhaan Allah SWT sebab Nabi SAW sangat ridha akan mereka.
Para sahabat Nabi adalah murid-murid Nabi. Sehingga, Allah memuji mereka dalam Alquran dan memberikan pujian terhadap mereka.
Para sahabat digambarkan sebagai golongan orang yang paling terdepan dalam membela Nabi dan tangguh menemani dakwah Islam melawan orang-orang kafir.
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Wassabiqunal-awwaluna minal-muhaajirina wal-anshari walladzina hum bi-ihsaanin radhiyallahu anhum wa radhu anhu wa a-adda lahum jannatin tajri tahtahal-anhaaru khaalidina fiiha abadan, dzalikal-fauzul-azhimu.”
Yang artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan, Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya, itulah kemenangan yang besar.” (QS at-Taubah: 100)