2. Ottoman tidak terlalu bersatu
Di puncak kejayaannya, wilayah kekaisaran Ottoman termasuk Bulgaria, Mesir, Yunani, Hungaria, Yordania, Lebanon, Israel dan wilayah Palestina, Makedonia, Rumania, Suriah, sebagian Arab dan pantai utara Afrika. Jika kekuatan dari luar tidak pada akhirnya merusak kekaisaran, Reynolds tidak berpikir itu bisa tetap utuh dan berkembang menjadi negara demokrasi modern.
“Kemungkinannya mungkin berlawanan karena keragaman kekaisaran yang luar biasa dalam hal etnis, bahasa, ekonomi, dan geografi. Masyarakat homogen lebih mudah mendemokratisasi daripada yang heterogen,” kata Reynolds.
Berbagai bangsa yang menjadi bagian dari kekaisaran menjadi semakin memberontak. Pada 1870-an, kesultanan harus mengizinkan Bulgaria dan negara-negara lain untuk merdeka serta menyerahkan lebih banyak wilayah. Setelah kalah dalam Perang Balkan 1912-1913, kesultanan terpaksa menyerahkan wilayah Eropa yang tersisa.