REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Surat Al-Munafiqun adalah salah satu surat Madaniyah (surat yang diturunkan di Madina) dalam Alquran. Sebagaimana namanya, surat ke-63 yang terdiri dari 11 ayat ini banyak membahas tentang orang-orang munafik.
Sebagaimana pada ayat pembuka dalam surat ini yang menjelaskan tentang ciri orang-orang munafik adalah pendusta. Orang-orang munafik menyatakan kesaksiannya atas kerasulan Nabi Muhammad, namun mereka dusta.
Pendakwah yang juga Imam Islamic Center New York, Amerika Serikat, Ustadz Shamsi Ali menjelaskan orang-orang munafik mudah untuk bersumpah namun hanya dalam lisan semata. Hati orang-orang munafik tidak sejalan dengan sumpah yang diucapkan lisannya. Bahkan orang-orang munafik justru berusaha merusak ajaran agama dengan kepandaiannya berbicara.
Pada akhir surat al-Munafiqun ada tiga ayat yang dapat menjadi bahan renungan sebagai seorang Muslim yang beriman agar tidak merugi, dan agar selamat hidup di dunia dan akhirat serta terhindar dari sifat orang-orang munafik.
Pada ayat kesembilan dalam surat ini, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman agar menjaga diri dari dua hal yang dapat melalaikan seseorang dari mengingat Allah SWT.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
"Setelah Allah bercerita banyak tentang kemunafikan, kemudian Allah membalik panggilan itu, panggilan kepada orang-orang yang beriman. Kenapa yang dipanggil orang beriman? Untuk mengingatkan pada kita bahwa iman itu kontra dengan nifaq," kata Ustadz Shamsi Ali dalam kajian daringnya, sebagimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika.
Menurut dia, adanya kalimat seruan terhadap orang-orang yang beriman dalam ayat kesembilan pada surat al-Munafiqun juga menunjukan bahwa terdapat hal yang sangat penting pada bagian kalimat selanjutnya. Dalam ayat ini Allah menyeru pada orang-orang yang beriman agar jangan sampai harta benda dan anak keturunan membuat lalai atau lupa dari mengingat Allah.
Ustadz Shamsi menjelaskan kata lahwun berarti sesuatu yang melupakan. Begitupun dunia yang juga memiliki nama lain dengan sebutan lahwun. Maka tak heran dunia kerap melupakan manusia dari pencipta-Nya.
Dia mengatakan karena hanyut dalam kesenangan dunia manusia lupa akan fitrahnya. Padahal jauh sebelum dilahirkan ke alam dunia, manusia sudah menyatakan kesaksian kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha-Esa. Manusia sendiri berasal dari kata nasia yansa yang juga berarti melupakan, yakni makhluk yang punya tabiat cepat lupa. Pada saat yang sama dunia membawa manusia yang lemah lupa pada kefitrahannya.
"Orang-orang berjuang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan tidak pernah ada ujungnya. Jangan pernah merasa orang terkaya merasa sudah cukup, ternyata belum. Itulah dunia, seperti magnet punya daya tarik yang sangat kuat. Maka Alquran mengatakan jangan harta benda kamu menjadikan kamu itu lupa mengingat Allah," kata Ustadz Shamsi.
Allah SWT juga menyeru pada...