Selasa 02 Mar 2021 05:12 WIB

Hukum Meratapi Musibah Berlebihan dan Menyalahkan Allah?

Mempercayai akan takdir Allah adalah bagian dari rukun iman.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Hukum Meratapi Musibah Berlebihan dan Menyalahkan Allah? Seorang ibu menggendong anaknya melintasi pemukiman yang masih terendam banjir di Karangligar, Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat, Kamis (25/2/2021).
Foto:

Dalam menghadapi musibah seperti bencana banjir akan lebih dibarengi untuk bermuhasabah diri. Sebab boleh jadi bencana banjir yang terjadi disebabkan perilaku manusia.

Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Ar rum ayat 41 menjelaskan kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. Selain itu orang yang beriman akan bersabar dan melafazkan innalilahi wa inna ilaihi rajiun.

Sebagaimana dijelaskan dalam surat al Baqarah ayat 156. Selain dari itu, Alquran juga memberi petunjuk pada orang-orang yang beriman ketika menghadapi ujian yaitu dengan memperbanyak istighfar sebagaimana dalam surat an nuh ayat 10-12.

Istighfar akan menghapus dosa dan mendatangkan keberkahan. Karena boleh jadi musibah yang menimpa disebabkan karena kelalaian akan dosa.  

 

"Sucikan diri (tazkiyatun nafs) dengan metode takholly mengeluarkan sifat-sifat kotor dan menukarnya dengan tahally artinya memperbaikinya dengan zikir, alquran dan belajar pada ayat-ayat Allah yang terjadi disekitar kita. Kita harus menjadikan musibah ini sebagai itibar, pelajaran berharga, mengambil hikmah-hikmah penting di dalamnya. Sebab setiap musibah itu mesti ada nilai kebaikan di sana," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement