Selasa 02 Mar 2021 05:12 WIB

Hukum Meratapi Musibah Berlebihan dan Menyalahkan Allah?

Mempercayai akan takdir Allah adalah bagian dari rukun iman.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Hukum Meratapi Musibah Berlebihan dan Menyalahkan Allah? Seorang ibu menggendong anaknya melintasi pemukiman yang masih terendam banjir di Karangligar, Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat, Kamis (25/2/2021).
Foto:

Ini karena adanya kesadaran tidak ada yang memberikan ujian dan menghilangkannya kecuali Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Anam ayat 17. 

Orang-orang yang beriman dan memiliki sifat qanaah menyadari segala nikmat datangnya dari Allah, dan ketika datang kemudharatan atau ujian maka tidak ada yang dapat dimintai pertolongan kecuali Allah. Sementara orang yang tipis iman akan merespons setiap ujian yang menimpanya dengan mengeluh bahkan menyalahkan dan menghujat Allah.

Inilah tanda orang yang ingkar terhadap takdir Allah. Sebab itu Islam sangat melarang umatnya meratap berlebihan ketika tertimpa musibah.

Sebab itu membawa seseorang pada ketidakrelaan akan takdir yang telah digariskan. Sementara mempercayai akan takdir Allah adalah bagian dari rukun iman. 

"Jadi bila ada yang berprasangka buruk terhadap Allah atau malah menyalahkan-Nya, inilah pertanda tingkat keimanan yang lemah, batin yang sakit. Keimanan pada qadha dan qadarnya perlu diluruskan," kata kiai Mashuril kepada Republika.co.id beberapa hari lalu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement