REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana banjir melanda sejumlah daerah baru-baru ini. Bahkan di beberapa tempat banjir tidak hanya merendam pemukiman warga, namun juga menghanyutkan harta benda, kendaraan dan hewan ternak.
Tak dapat dipungkiri ada warga yang merespons bencana banjir yang merendam rumah dan merusak harta bendanya dengan meratapinya berlebihan, bahkan hingga menyalahkan Allah. Berkaitan dengan itu bagaimana hukumnya meratapi musibah dengan berlebihan dan bahkan sampai menyalahkan Allah karena bencana yang terjadi? Dan seperti apa tuntunan Islam ketika seorang Muslim tertimpa bencana?
Sejatinya setiap manusia-sekalipun orang beriman-pasti akan mengalami ujian dalam hidupnya. Bahkan dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 155 Allah menguji manusia dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, dan kehilangan jiwa.
Begitupun dengan bencana alam seperti banjir, yang merupakan salah satu bentuk ujian Allah kepada hambanya. Pendakwah yang juga sekretaris jenderal Pengurus Besar Jam'iyatul Washliyah KH Masyhuril Khamis menjelaskan salah satu sifat yang wajib ada dalam diri seorang Muslim adalah memiliki sifat qanaah, yaitu sifat puas hati, syukur, dan ridha atas apa yang Allah takdirkan.
Orang yang qanaah menurut kiai Masyhuril tidak akan menyalahkan atau berprasangka buruk kepada siapa pun apalagi terhadap Allah dari segala hal yang menimpanya. Kiai Masyhuril yang juga penulis buku Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah menjelaskan orang yang qanaah akan selalu mengiringi dengan sabar dan ikhlas ketika menghadapi ujian dan akan bersyukur ketika mendapatkan nikmat.