REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ketua PWM DKI Jakarta KH. M. Sun’an Miskan
Judul di atas adalah pertanyaan yang disampaikan oleh Jindar Tamimi, ideolog Muhammadiyah, murid setia KH Mas Mansur dalam memulai menjelaskan materi Darul Arqom yang penulis ikuti di kota Batu–Malang pascaperistiwa G30S/PKI 1965 dengan materi “Faham Agama dalam Muhammadiyah”. Imam of TC (Training Center) nya adalah Bapak K.H. Bedjo Dermolaksono dan Master of TC nya Bapak K.H. Anwar Zein.
Beliau lalu melanjutkan pertanyaan berikutnya: Kalau Islam itu landasannya wahyu Al Qur’an bagaimana cara mencari berkah dan manfaat wahyu Al Qur’an. Jawabnya ialah al Qur’an itu ditadabburi, ditafsiri. Dari situ kita dapat memahami apa misi Al Qur’an, yang juga misi diutusnya Nabi Muhammad SAW yaitu menyebar rahmah kasih sayang ke seluruh semesta alam.
Bukan suka melaknat agama lain, suka dendam dan mengkafirkan sesama muslim. Islam dijadikan pakaian hidup, dipraktekan dan didakwahkan.
Bagaimana cara mendakwahkannya? Yaitu dengan cara berjamaah seperti yang diserukan QS Ali Imran 104. KH Ahmad Dahlan memadankan berjamaah itu dengan istilah ilmu modern pada zaman beliau hidup tahun 1912 dengan berorganisasi.
Dan organisasi yang beliau dirikan itu, lewat istikhorohnya diberi nama Muhammadiyah. Semoga organisasi ini sifatnya seperti Nabi Muhammad SAW, memperbanyak kawan, mempersedikit lawan. Dan diharapkan agar Muhammadiyah ini perkumpulan terakhir yang didirikan oleh ummat Islam, karena saat itu sudah banyak perkumpulan yang berdiri.