Sabtu 27 Feb 2021 08:58 WIB

Sikap Rasulullah terhadap Pria yang Ingin Membunuh Pembunuh

Nabi Muhammad memberi pilihan pada keluarga korban yang dibunuh.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Sikap Rasulullah terhadap Pria yang Ingin Membunuh Pembunuh
Foto: smileyandwest.ning.com
Sikap Rasulullah terhadap Pria yang Ingin Membunuh Pembunuh

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Suatu hari Rasulullah Saw bersama para sahabatnya sedang berkumpul di Masjid Nabawi. Namun, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kemunculan seorang pria yang menyeret pria lainnya yang diikat tali.

Setelah mengucapkan salam, pria yang menyeret berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, orang ini telah membunuh saudaraku!”.

Baca Juga

Dalam buku berjudul “115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah Saw”, Fuad Abdurahman menjelaskan, Rasulullah saat itu diam sejenak dan kemudian beliau bertanya kepada pria yang diikat,  “Benarkan kau telah membunuh saudaranya?”

Pria itu pun mengakui bahwa ia telah membunuh saudara pria yang sedang marah tersebut. Ia mengaku dengan suara lirih seraya menundukkan kepalanya dan menyesali perbuatannya. “Bagaimana kau membunuhnya?” lanjut Rasulullah.

Pria itu lalu bercerita, “Ketika aku dan saudaranya itu memetik dedaunan dari sebatang pohon, ia mencaci maki dan menghinaku. Aku tidak tahan mendengar caciannya. Aku marah dan kupukul kepalanya dengan kapak hingga ia terbunuh.”

Mendengar jawabannya yang jujur, Rasulullah Saw diam sejenak. Lalu beberapa saat kemudian beliau berkata, “Apakah kau punya keluarga yang mungkin bisa membayar tebusan untuk membebaskanmu?”

“Wahai Rasulullah, di mata keluargaku, aku lebih hina dari kapak itu,” jawab pria yang membunuh.

Rasulullah menarik nafas dalam-dalam. Setelah itu, beliau menyerahkan kembali tali itu kepada keluarga si korban seraya berkata, “Terserah kalian, apa yang akan kalian lakukan terhadap temanmu yang telah membunuh saudaramu ini.”

Keluarga si korban pun lalu menyeret si pembunuh. Namun, baru saja beberapa langkah berjalan, Rasulullah berkata kepada para sahabat yang hadir kala itu, “Jika ia membunuh si pembunuh itu maka ia sama dengannya.”

Perkataaan Rasulullah itu pun terdengar oleh orang yang menyeret si pembunuh. Lalu, ia berbalik mendekati Rasulullah dan berkata, “ Kini, aku serahkan sepenuhnya persoalan ini kepadamu, ya Rasulullah.”

Lalu, Rasulullah berkata kepada saudara si korban itu, “Maukah kau jika pembunuh ini memikul dosamu dan dosa saudaramu yang terbunuh?”

Laki-laki itu pun terdiam beberapa lama. Hingga akhirnya ia menjawab, “ Tentu saja aku mau, wahai Rasulullah!”.

“Jika kau membebaskannya maka ia akan memikul dosamu dan dosa saudaramu yang terbunuh,” kata Rasulullah.

Mendengar itu, laki-laki itu pun melepaskan tali yang mengikat si pembunuh dan membebaskannya pergi. Dari cerita ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa memaafkan sangat utama dalam Islam dan nyawa manusia sangat berharga di mata Rasulullah Saw. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement