Jumat 26 Feb 2021 14:07 WIB

Pidato Husain Cucu Nabi yang Sadarkan Sebagian Pasukan Kufah

Cucu Nabi Muhammad SAW, Husain sampaikan pidato terakhir

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Cucu Nabi Muhammad SAW, Husain sampaikan pidato terakhir. Ilustrasi Karbala lokasi wafatnya Husain
Foto:

Syamr bin Dzul Jausyan, yang sejak awal membenci al-Husain, menanggapi: "Seandainya orang ini sadar apa yang diucapkannya, pastilah dia juga sadar bahwa selama ini dia menyembah Allah setengah-setengah, tidak sepenuh hati!"

Mendengar celaan itu, Habib bin Muthahhir, salah seorang pembela al-Husain-menyahut: "Hai Syamr! Demi Allah, kamulah yang selama ini menyembah Allah setengah-setengah, bahkan di atas tujuh puluh keraguan. Demi Allah, kami paham betul apa yang diucapkannya. Sungguh, hatimu benar-benar telah terkunci rapat!"

Al-Husain meneruskan khutbahnya: "Wahai kalian semua! Biarkanlah aku kembali ke tempat yang aman". Al-Husain kemudian menderumkan untanya, lalu dia memerintahkan Uqbah bin Sam'an untuk menambatkan unta tersebut. Lalu dia berkata: "Sekarang katakan padaku, apakah kalian ingin menuntut balas atas kematian keluarga kalian yang telah kubunuh? Ataukah menuntut harta yang pernah kurampas? Ataukah menuntut balas atas luka yang pernah kugoreskan?" Mendengar pertanyaan demikian, pasukan Kufah terdiam seribu bahasa. (Lihat Tarikh ath-Thabari).

Al-Husain sempat terkejut ketika melihat para pemimpin Kufah yang dahulu mengirim surat pembaiatan dirinya, ternyata kini mereka berdiri di hadapannya untuk membunuhnya. Dia pun memanggil nama mereka satu per satu: "Wahai Syabats bin Rib'i, wahai Hajjar bin Abjur, wahai Qais bin al-Asy'ats, wahai Yazid bin al-Harits! Bukankah kalian yang dahulu mengirim surat padaku dan mengisyaratkan bahwa buah sudah matang dan sawah ladang sudah menghijau? Kalian juga yang menyatakan: 'Sesungguhnya kami adalah prajurit pembela yang berjumlah banyak, maka datanglah kepada kami'."  

"Tidak, kami tidak pernah mengirim surat demikian," sangkal mereka. 

"Mahasuci Allah! Demi Allah, kalian pernah mengirim surat demikian kepadaku," tegas al-Husain. Lalu dia berkata: "Wahai kalian semua! Cukuplah bagi kalian membenciku, dan biarkan aku pulang meninggalkan kalian menuju tempat yang aman." (Lihat Al Bidayah wan Nihayah).

Bayangkan, betapa keji pengkhianatan penduduk Kufah ketika itu. Mereka tidak sekadar menelantarkan al-Husain, tetapi mereka tidak malu sedikit pun untuk bergabung dengan pasukan yang siap memerangi cucu Rasulullah ini.  

Al-Husain terus berusaha menyadarkan pasukan Kufah agar bergabung dengannya. Upayanya itu tidak sia-sia, tiga puluh orang dari mereka lantas menggabungkan diri dengan pasukan al-Husain, salah satunya adalah al-Hurr bin Yazid at-Tamimi. Sebelumnya, al-Hurr adalah komandan pasukan perintis yang dikirim Ubaidullah bin Ziyad.  

Melihat pembelotan al-Hurr dari pasukan Kufah, seseorang berseru kepadanya: "Kamu datang bersama kami sebagai komandan pasukan perintis, tetapi kini kamu justru bergabung dengan al-Husain!"

 

Al-Hurr menjawab: "Demi Allah, aku mempersilakan hatiku memilih antara surga dan neraka, dan dia pun memilih Surga meskipun ragaku harus dicincang dan dibakar". Dia segera memacu kudanya untuk bergabung dengan pasukan al-Husain. ( Lihat Tarikh ath-Thabari). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement