REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keberadaan Surat Abasa menjadi salah surat yang sangat berarti bagi Rasulullah, Muhammad SAW.
Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustadz Ahmad Sarwat Lc MA memberi penjelasan tentang tafsir Surat Abasa. Dalam penjelasan tersebut, dia mengatakan bahwa surat Abasa membuktikan Alquran itu bukan karangan Nabi Muhammad SAW.
Dia menjelaskan, secara sekilas surat itu mengkritik sikap Nabi Muhammad yang bermuka masam kepada seorang yang minta diajarkan tentang agama yang dibawanya, yakni Abdullah bin Ummi Maktum.
"Kalau seandainya Alquran itu karangan beliau, pastilah tidak akan ada ayat yang mengkritik sikap beliau. Logikanya, mana mungkin seorang pengarang buku menjelekkan diri sendiri dalam bukunya. Satu-satunya kemungkinan adalah bahwa Alquran bukan karangan beliau. Dan sesungguhnya memang bukan karangan beliau, melainkan datang dari sisi Allah SWT," tutur dia seperti dilansir dari laman Rumah Fiqih Indonesia, Selasa (9/2).
Namun, Ustadz Ahmad memaparkan, sikap Rasulullah dengan bermuka masam kepada Abdullah bin Ummi Maktum bukan sebuah dosa. Sikap Nabi SAW tersebut hanya kurang layak. Alasan mengapa Nabi SAW bersikap demikian pun terbilang wajar.
"Yaitu karena beliau SAW sedang sibuk sekali memikirkan bagaimana agar para tokoh Quraisy bisa masuk Islam. Logika sederhananya, bila para tokoh itu bisa masuk Islam, maka orang-orang kecil semacam Abdullah bin Ummi Maktum ini tentu akan mudah," ucapnya.
Ustadz Ahmad juga menyampaikan, sebagai manusia biasa tentu wajar memiliki nalar sepintas seperti itu. Setelah turun ayat Alquran yang isinya teguran, Nabi SAW pun segera melayani permintaan Abdullah bin Ummi Maktum untuk belajar tentang agama Islam.
"Meski teguran itu datang lewat ayat Alquran yang bersifat abadi, manfaatnya buat kita yang lebih utama justru bukan pada bermuka masamnya, melainkan pada pembuktian bahwa Rasulullah SAW itu bukan penulis Alquran, sebagaimana yang sering dituduhkan lawan. Bahkan Abdullah bin Ummi Maktum sendiri setelah kejadian itu tidak kecil hati, sebaliknya beliau malah merasa bangga. Sebab karena dirinya seorang Nabi ditegur Tuhannya," jelas Ustadz Ahmad.