Senin 08 Feb 2021 11:24 WIB

Indef Proyeksikan Ekonomi Kuartal I 2021 Kontraksi 1 Persen

Konsumsi rumah tangga masih lambat dan bantuan pemerintah tak begitu membantu.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolandha
Pekerja menaiki bus transjakarta  saat jam pulang kerja di Halte Transjakarta Harmoni, Jakarta, Kamis (21/1). Institute for Development of Economic and Finance (Indef) memproyeksikan ekonomi Indonesia masih akan menghadapi situasi kontraksi yang dalam pada kuartal pertama. Perkiraan ini dengan melihat situasi pandemi Covid-19 yang masih dinamis dan perkembangan daya beli maupun inflasi yang terjadi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja menaiki bus transjakarta saat jam pulang kerja di Halte Transjakarta Harmoni, Jakarta, Kamis (21/1). Institute for Development of Economic and Finance (Indef) memproyeksikan ekonomi Indonesia masih akan menghadapi situasi kontraksi yang dalam pada kuartal pertama. Perkiraan ini dengan melihat situasi pandemi Covid-19 yang masih dinamis dan perkembangan daya beli maupun inflasi yang terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economic and Finance (Indef) memproyeksikan ekonomi Indonesia masih akan menghadapi situasi kontraksi yang dalam pada kuartal pertama. Perkiraan ini dengan melihat situasi pandemi Covid-19 yang masih dinamis dan perkembangan daya beli maupun inflasi yang terjadi.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mencatat, kasus harian Covid-19 terus bergerak naik dengan angka lebih dari 11.500 kasus per hari. Total kasus sudah di atas 1,1 juta kasus dengan kematian 31 ribu jiwa. Situasi ini merupakan rentetan realitas dalam 10 bulan terakhir yang dikhawatirkan masih berlanjut hingga akhir tahun depan.

Baca Juga

Di sisi lain, ketidakpastian global masih terasa meskipun mereda di banyak negara. Perbaikan ekonomi China belum memberikan manfaat cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Sementara, konsumsi rumah tangga masih lambat. Bantuan sosial yang diberikan pemerintah tidak dapat mempertahankan kebutuhan konsumsi rumah tangga, terutama makanan dan minuman.

"Kami perkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2021 sebesar minus satu persen," tutur Tauhid dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Senin (8/2).

Belanja pemerintah yang menjadi tumpuan ekonomi selama masa pandemi pun dinilai masih tidak efektif mendorong pemulihan. Pada kuartal keempat, laju pertumbuhannya bahkan melambat menjadi 1,76 persen (yoy) dari 9,76 persen pada kuartal sebelumnya.

Penurunan ini banyak disebabkan pemberlakuan working from home juga kebijakan penghematan belanja, terutama perjalanan dinas pemerintah dan kegiatan lain. "Ini juga tercermin menurunnya aktivitas administrasi pemerintah pada kuartal keempat tahun 2020," kata Tauhid.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement