REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Ibnu Atha'illah dalam Kitab Al-Hikam mengingatkan agar manusia mewaspadai sumber maksiat, lalai dalam beribadah dan syahwat. Menurutnya sumbernya adalah nafsu, maka jangan mengalah terhadap hawa nasfu.
"Pangkal (sumber) segala maksiat, kelalaian dan syahwat adalah rela memuaskan hawa nafsu. Pangkal dari segala ketaatan, kewaspadaan dan kesucian adalah engkau tidak rela memuaskan hawa nafsu."
"Bersahabat dengan orang jahil (bodoh) yang tidak menuruti keinginan hawa nafsunya lebih baik bagimu, daripada bersahabat dengan orang alim (berilmu) yang tunduk pada hawa nafsunya."
"Ilmu macam apa yang disandang si alim yang tunduk pada hawa nafsunya itu? Sebaliknya kejahilan apa yang dapat disandangkan pada orang jahil yang tidak menuruti keinginan hawa nafsunya?" ( Al-Hikam).
Mengutip terjemah Al-Hikam karya Ustaz Bahreisy, ia menambah penjelasan Syekh Ibnu Atha'illah tersebut dengan mengutip Surah Yusuf ayat 53, perkataan Abu Hafsh, Al-Junaid dan Al-Bushiry.
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (QS Yusuf: 53).
Abu Hafsh mengatakan, orang yang tidak mewaspadai hawa nafsunya setiap waktu dan tidak melawan hawa nafsunya serta tidak menarik diri dari hawa nafsu ke jalan yang baik. Maka ia sebenarnya telah tertipu.
Al-Junaid mengatakan, jangan mempercayai hawa nafsu meski telah lama taat kepadamu, untuk beribadah kepada Tuhan-mu.
Al-Bushiry dalam Burdahnya mengatakan, lawan selalu hawa nafsu dan setan, jangan menuruti nafsu dan setan. Meski mereka memberi nasihat kepadamu untuk berbuat kebaikan, tetap engkau harus curiga dan hati-hati.