REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada salah satu ayat Alquran yang mengatakan neraka memiliki tujuh pintu. Allah berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 44:
لَهَا سَبْعَةُ اَبْوَابٍۗ لِكُلِّ بَابٍ مِّنْهُمْ جُزْءٌ مَّقْسُوْمٌ ࣖ
Lahā sab'atu abwāb, likulli bābim min-hum juz`um maqsụm. “(Jahanam) itu mempunyai tujuh pintu. Setiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka.”
Pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ), Prof. M. Quraish Shihab mengatakan dalam bukunya, Kematian Adalah Nikmat, bisa jadi yang dimaksud pintu adalah tempat masuk, serupa dengan tempat masuk dan keluar ruangan. Kata tujuh dalam ayat itu diperselisihkan maknanya. Sebagian ulama memahami dalam arti banyak dan ada juga yang memahami sebagai angka di atas enam dan di bawah delapan.
Bahkan ada ulama yang memahaminya dalam arti terakhir dengan menyebutkan tujuh nama neraka yang dianggap sebagai peringkatnya, yaitu Jahannam, Lazha, al-Huthamah, Sa’ir, Saqar, Jahim, dan al-Hawiyah. Terkait penyebutan angka tujuh, itu pun menjadi rahasia Allah.
Al-Khatib asy-Syarbini sebagaimana dikutip al-Jamal dalam tafsirnya yang mengomentari tafsir al-Jalalain mengatakan disebut tujuh karena ada tujuh anggota tubuh manusia yang merupakan sumber-sumber kedurhakaan, yakni mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, kaki, dan tangan. Ketujuh anggota tubuh itu juga dapat menjadi sumber ketaatan kepada Allah asalkan yang dilakukannya disertai niat tulus sehingga surga memiliki delapan pintu dengan penambahan niat.
Terkait manusia yang terjerumus shirat dan langsung terjatuh ke bawah menuju jurang neraka, itu masih tergantung letak dia terjatuh. Beberapa riwayat menyatakan ada yang meluncur selama 70 tahun baru sampai ke dasar neraka (HR Muslim melalui Abu Hurairah). Dalam ayat Alquran, tidak disebutkan lamanya proses kejatuhan tersebut tapi menegaskan binasalah manusia itu.
Allah berfirman dalam surat Thaha ayat 81:
كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْۙ وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِيْۚ وَمَنْ يَّحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِيْ فَقَدْ هَوٰى
Kulụ min ṭayyibāti mā razaqnākum wa lā taṭgau fīhi fa yaḥilla 'alaikum gaḍabī, wa may yaḥlil 'alaihi gaḍabī fa qad hawā. “Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh, binasalah dia.”